Laporkan Masalah

Perpustakaan sebagai arena kontestasi kepentingan: studi kasus pengelolaan American Corner di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

LUKI WIJAYANTI, Prof. Dr. Heru Nugroho; Dr. Wisma Nugraha, Ch. R., M.Hum

2018 | Disertasi | S3 Kajian Budaya dan Media

Pengelolaan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia mengalami campur tangan dari lembaga-lembaga asing melalui donasi bahan pepustakaan (library materials) untuk kepentingan sivitas akademikanya. Sivitas akademika perguruan tinggi merupakan khalayak target para donatur, baik sebagai pembaca koleksi perpustakaan maupun acara-acara yang diselenggarakannya. Di lain pihak, para pimpinan perguruan tinggi khalayaknya yakni sivitas akademik perguruan tingginya untuk mendapatkan dokumen kerjasama (MoU) sebagai salah satu syarat akreditasi dan bukti internasionalisasi serta meningkatkan angka statistik kunjungan ke perpustakaan sebagai salah satu syarat akreditasi perpustakaan. Atas dasar latar belakang di atas peneliti mengungkap bagaimana perpustakaan menjadi arena kontestasi berbagai kepentingan melalui tata kelola Amcor di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah (UIN Syahid) Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan wawancara, studi dokumen serta observasi lapangan. Dengan menggunakan konsep arena dan berbagai jenis modal yang digagas Pierre Bourdieu sebagai landasannya dan didukung oleh teori ekonomi politik sebagai pendukung, penelitian ini mengungkap bagaimana para agen yang terlibat dalam pengelolaan Amcor memanfaatkan perpustakaan sebagai pertarungan untuk memperoleh modal. Modal tidak hanya berfungsi sebagai sarana tetapi sekaligus tujuan. Amcor dimanfaatkan sebagai arena kontestasi untuk memenuhi kepentingan para agen yang mengambil keuntungan atas keberadaanya. Kontestasi dalam penelitian ini menggambarkan fenomena pertarungan para pelaku yang terlibat dalam tata kelola Amcor yang terdikotomik ke dalam hubungan dominan subordinat. Di sini perpustakaan ditarik ke hubungan yang saling menguntungkan dengan pendonor melalui kebutuhan ekonomi. Dominasi para agen yang terlibat dalam tata kelola Amcor di perpustakaan memarjinalkan pustakawan yang bertanggiung jawab mengelola perpustakaan dan mengemban kode etik pustakawan. Kontestasi para agen dalam rangka mencapai kepentingannya justru makin mengukuhkan kekuasaan simbolik agen yang berhasil mengumpulkan modal terbanyak, dan memarjinalkan agen yang tidak berhasil memupuk modal, yakni pustakawan. Penelitian ini juga menemukan bahwa para pengelola Amcor bukanlah pihak-pihak yang tidak berdaya. Sepintas Amcor seperti bentuk imperialisme budaya dari kekuatan Barat dalam hal ini Amerika Serikat, namun nyatanya justru penerima dengan penuh siasat mampu memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Amerika Serikat untuk kepentingan pihak penerima sendiri. Telah terjadi apropriasi budaya dalam tata kelola Amcor. Dalam berbagai program kegiatan yang diselenggarakan, para pengelola mengadopsi komponen budaya Amerika yang ada pada berbagai program tersebut ke dalam budaya lokal, terutama budaya Jawa. Mereka menyeleksi unsur budaya dominan, dalam hal ini Amerika Serikat dan kemudian memodifikasi untuk kepentingan mereka sendiri. Direktur Amcor berhasil berperan sebagai agen intelektual. Hal ini membuktikan kecerdasan si penerima yang bukan sekedar pihak yang pasif, mereka berhasil melakukan adaptasi budaya Amerika Serikat ke dalam konteks lokal,

The management of university libraries in Indonesia has been intervened from foreign institutions through donation of library materials which seem for the benefit of the academic community, but it actually for the benefit of the donors. Academicians especially young generation are target of donation whether as the readers of books donated to the University or as the audience of programs or activities funded by donor agencies. By donating library materials or funding some programs in the University, the donors get their targeted audience. On the other hand, The Rectors 'exploit' their academic community members to obtain MoU document as one of the requirements of institutional accreditation, and as the evidence of internationalization. Based on the aforementioned background, it is found how the library becomes an arena for contestation of various interests through Amcor governance in UIN Syarif Hidayatullah (UIN Syahid) Library Jakarta and Muhammadiyah University of Yogyakarta (UMY). Using the concepts introduced by Pierre Bourdieu such as arena and capitals, and supported by Vincent Mosco theory of political economy of communication as the tools of analysis, this research reveals how the agents involved in the management of Amcor use the library as an "arena" to achieve their benefits. Using descriptive qualitative research method, and observation and interview as data collection, it is found that Amcor is used as an arena of contestation of agents involved in governance to foster capital. Contestation in this study illustrates the phenomenon of actors involved in the management of Amcor into the dominant-subordinate relationship. Contestation of agents in order to achieve their interests reinforces the symbolic power of the US Embassy as the representative of the United States of America Government, and that marginalize librarians. By utilizing the symbolic capital, the Rector seeks to further strengthen its symbolic power. In the realm of the Directorate of Higher Education of the Ministry of Education and Culture, by signing MoU with US Embassy, the Rector of UIN Syahid Jakarta and UMY succeeded in strengthening their symbolic capital. Amcor Director, special staff and volunteers are trying to obtain social capital, the establishment of relations with US Embassy staff to gain cultural capital, while the Head of Library seeks to strengthen the symbolic capital.The actions of agents at the University have even succeeded in reinforcing the symbolic power of the United States Government at the University. The agents in the US Embassy have the most important capital than any other agent in the University, which is economic capital, the type of capital which is easily converted in the form of social capital, cultural capital and symbolic capital, which ultimately succeeds in strengthening its symbolic power. The managers of Amcor are not powerless parties. It seems that Amcor is the cultural imperialism of Western powers in this case the United States, but in fact the recipient is smart and capable of utilizing the facilities provided by the United States for the benefit of the recipients themselves. There has been cultural appropriation in Amcor governance. In s0me programs, such as Thanksgiving Day, Halloween, and jazz music performances, the managers adopted the American cultural component into local culture, especially Javanese culture. They select the dominant cultural elements and modify them for their own interests. They act as intellectual agents.

Kata Kunci : Perpustakaan, Arena, Kontestasi, Modal, Komodifikasi Khalayak/Library, Arena, Contestation, Capital, Commodification


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.