PERAN PRAMUWISATA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI CANDI BOROBUDUR
SELVI YOVINA HARYONO, 1. Dr. Ir. Djoko Wijono, M.Arch. 2. Dra. Yulia Arisnani Widyaningsih, MBA, Ph.D.
2018 | Tesis | S2 Kajian PariwisataPemandu wisata, sebagai agen sentral dalam sistem pariwisata, dapat ikut mewujudkan tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan di suatu destinasi, dengan cara memenuhi kelima tanggung jawabnya dalam kegiatan pemanduan. Pelaksanaan dari kelima peran dan tanggung jawab tersebut dimaksudkan untuk memberikan manfaat positif bagi kelima aspek pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu aspek spiritual, aspek lingkungan, aspek ekonomi, aspek budaya dan aspek sosial. Tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan, yang berkaitan dengan kelima aspek tersebut, dapat diwujudkan apabila pemandu wisata mampu: 1). memberikan pengalaman yang positif kepada wisatawan (aspek spiritual), 2). menjaga kelestarian dan mempeprtahankan keberadaan sumber daya destinasi (aspek lingkungan), 3). mempromosikan produk dan jasa lokal (aspek ekonomi), 4). melestarikan kebudayaan lokal (aspek budaya), dan 5). mewujudkan kesetaraan sosial (aspek sosial). Sehubungan dengan pemaparan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1). mengidentifikasi peran dan tanggung jawab pramuwisata kegiatan pemanduan wisatawan di Candi Borobudur, 2). mengetahui praktik pemanduan yang mereka lakukan di lapangan, dan 3). mengetahui sejauh mana mereka mampu memberikan kontribusi dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi Borobudur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi terlibat dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemandu wisata lokal Candi Borobudur, yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini, belum mampu membantu mewujudkan tujuan dari kelima aspek pembangunan pariwisata berkelanjutan di Candi Borobudur secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor utama. Faktor pertama disebabkan oleh ketidakpuasan pemandu wisata terhadap profesinya, yang mencakup empat aspek utama, yaitu: 1). beban kerja dan tekanan yang tinggi, 2). status sosial yang rendah, 3). minimnya program pelatihan yang diperoleh, dan 4). senioritas dan persaingan yang ketat. Faktor yang kedua berkaitan dengan buruknya manajemen pengelolaan pariwisata di Candi Borobudur yang meliputi: 1). praktik industri yang tidak sehat, 2). ketersediaan fasilitas pariwisata yang belum memadai, 3). adanya pemusatan perhatian pada Candi Borobudur, dan 4). tidak efektifnya komunikasi dan kerjasama yang terjalin antara pemandu wisata dengan para pemangku kepentingan.
Tour guides, as central agents in the entire tourism system, have potentials to promote sustainable tourism development in a destination. They can do it by fulfilling their roles and responsibilities in guiding activities. The roles and responsibilities are meant to give positive contributions to five pillars of sustainable development, which consist of spiritual, environmental, economic, cultural and social aspects. Tour guides can help promote sustainable tourism development by establishing positive visitor experience, conserving local resources, promoting local economy, preserving local culture, and promoting social equity. In relation to the above explanation, the objectives of this study were: 1). to identify roles and responsibilities of local tour guides of Borobudur Temple, 2). to observe their guiding practice in the field, and 3). to find to what extent they exert their roles to promote sustainable tourism development. The approach used in this study is qualitative. The data were collected from in-depth interview with local tour guides, participant observation, and literature study. The result of this study showed that the interviewed tour guides did not exert well their roles to promote sustainable tourism. Their potentials are blocked by two main problems. The first is related to their dissatisfaction with their current work conditions, which consist of four main factors: 1). high work load and pressure, 2). low social status, 3). lack of training programs, and 4). tight competition and seniority. The second is associated with poor tourism management in Borobudur Temple, such as: 1). unhealthy industry practices, 2). lack of infrastructure and facilities, 3). a centralized management on Borobudur Temple, and 4). ineffective communications and cooperative collaborations among stakeholders.
Kata Kunci : pemandu wisata, pembangunan pariwisata berkelanjutan, Candi Borobudur