APLIKASI DEKOMPOSISI SPEKTRAL DAN RGB (RED, GREEN, BLUE) COLOR BLENDING UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN HIDROKARBON DAN FITUR-FITUR STRATIGRAFI DI BLOK F3, NORTHSEA, NETHERLANDS; THE APPLICATION OF SPECTRAL DECOMPOSITION AND RGB (RED, GREEN, BLUE) COLOR BLENDING TO DETECT HYDROCARBON PRESENCE AND STRATIGRAPHICAL FEATURES AT F3-BLOCK, NORTHSEA, NETHERLANDS
GIGIH HELMA WIJAYA, WIWIT SURYANTO
2012 | Skripsi | PROGRAM STUDI GEOFISIKASeorang interpreter seismik biasanya bekerja dengan anomali amplitudo yang berasal dari data post-stack. Anomali tersebut berdasarkan pada frekuensi dominan data seismik. Dekomposisi spektral bertujuan untuk menampilkan penampang seismik pada level frekuensi tertentu karena hidrokarbon yang memiliki karakteristik frekuensi rendah akan nampak secara jelas pada level frekuensi yang sesuai. Oleh karena itu, ini dapat digunakan sebagai metode post-processing yang efektif dan sebagai indikator keberadaan hidrokarbon secara langsung. Dekomposisi spektral telah diaplikasikan pada data seismik 3D offshore untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon dan fitur-fitur stratigrafi. Aplikasinya menggunakan CWT. Pertama, TFCWT (Time-Frequency Spectrum CWT) dihasilkan menggunakan CWT kemudian frekuensi rendah, frekuensi karakteristik dari hidrokarbon, didapatkan. TFCWT kemudian diaplikasikan pada penampang seismik tertentu dan peta hasil sayatan horizon tertentu. Delineasi fitur-fitur stratigrafi menggunakan RGB (Red-Green-Blue) color blending. Color blending agak berbeda dengan dekomposisi spektral konvensional yang hanya memanfaatkan frekuensi tunggal dalam aplikasinya. Color blending memanfaatkan tiga frekuensi yang berbeda yang dihasilkan melalui spektrum amplitudo. Ketiga frekuensi tersebut didefinisikan melalui frekuensi puncak dan amplitudo puncak. Ketiga frekuensi terbagi kedalam frekuensi rendah, menengah dan tinggi kemudian dicampur hingga didapatkan penampang tunggal RGB. CWT yang diaplikasikan pada inline 225 dan peta hasil sayatan horizon A dengan frekuensi keluaran 10 Hz menunjukkan keberadaan hidrokarbon. Hidrokarbon yang muncul adalah kenampakan bright spot dangkal, kantong gas biogenic, dengan diameter lebih dari 1 km. Hasil lain dari dekomposisi spektral, RGB color blending yang diaplikasikan pada peta hasil sayatan horizon B dengan frekuensi keluaran 20 Hz, 30 Hz, dan 50 Hz menunjukkan kenampakan meandering channel, linier channel, dan patahan. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, dekomposisi spektral telah terbukti sebagai metode powerful untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon dan untuk mendelineasi fitur-fitur stratigrafi.
Kata Kunci : Dekomposisi Spektral, CWT, RGB color blending