Laporkan Masalah

Efisiensi Pemasaran dan Peran Pedagang perantara Dalam Penentuan Harga Bawang Merah

KATIMAN (Pembimbing: Prof.Dr.Dibyo Prabowo,M.Sc), Prof.Dr.Dibyo Prabowo,M.Sc

2012 | Skripsi | S1 Economics

Sejak dasawarsa 60-an sampai dasawarsa 90-an Indonesia menqalarnt pasang surut dalam pembangunan ekonomi yang diwarnai masa-rnasa sulit pada dasawarsa 60-an dengan hiperinflasi, defisit anggaran kronis, penurunan pendapatan ekspor, dan perdagangan yang mengalami stagnasi. Sejak pertengahan 1997 lalu pasang surut itu kembali terulang lagi dengan terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia. Pada tahun 1998 keadaan ekonomi tersebut belum juga pulih, bahkan kondisi menjadi semakin parah. Perekonomian mengalami kontraksi sebesar 13,2% dan juga inflasi yang mencapai 77,6% sehingga menyebabkan investasi turun sekitar 40%. Selain itu hutang perusahaan baik sektor keuangan maupun sektor riil membengkak sehingga menganggu kegiatan produksi dan ekspor-irnpor.

Di saat krisis ekonomi melanda hampir semua sektor sebaliknya pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami kenaikan sebesar 1,1%. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya keuntungan ekspor yang dalam rupiah nilainya bertipat ganda akibat depresi nilai rupiah yang demikian besar. Salah satu produk pertanian yang turut menunjang perbaikan perekonomian adalah tanaman bawang merah yang masuk dalam kelompok sayur-mayur. Seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan daya beli kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat karena untuk saat ini belum ada barang substitusinya.

Walaupun kebutuhan dan jumlah produksi bawang merah terus meningkat, disisi lain ada beberapa kendala utama yaitu inefisiensi pemasaran dan ftuktuasi harga yang sangat tajam di sam ping kendala pembudidayaannya. Harga bawang merah berubah setiap tahun, bulan bahkan setiap hari. Kabupaten Nganjuk adalah salah satu wilayah penghasil bawang merah yang cukup besar selain Brebes dan Probolinggo.

Masalah efisiensi pemasaran dan fuktuasi harga bawang merah walaupun klasik tetapi tetap aktual karena keadaan itu terjadi secara berulang-ulang setiap musim panen tiba. Akibat yang ditimbulkan dari ftuktuasi itu adalah pendapatan petani yang merosot yang berarti pula mengurangi kesejahteraannya. Penetitian tentang peran pedagang perantara dalam penentuan harga bawang merah ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran dan sejauh mana peran para pedagang perantara dalam menentukan harga bawang merah di pasaran sehingga menyebabkan harganya sangat fluktuatif.

Dari pengamatan dan perhitungan didapatkan bahwa bahwa peran menawar petani terhadap pedagang perantara dalam proses penentuan harga tidak cukup kuat. Selain itu terdapat perbedaan distribusi Margin pemasaran di daerah penelitian dan bagian terbesar Margin pemasaran didapatkan oleh pengecer dan pengumpul atau pedagang di pasar kabupaten. Disimpulkan juga bahwa pemasaran bawang merah di Kabupaten Nganjuk belum mencapai efisiensi.

Dari kesimpulan yang didapatkan dapat diberikan Saran-Saran bahwa Untuk meningkatkan produksi bawang merah di kabupaten Nganjuk pemerintah perlu memberikan bantuan berupa kredit modal usaha karena mayoritas petani yang mengusahakan bawang merah adalah petani kecil dengan lahan sempit. Untuk meningkatkan bargaining power petani dapat dicapai dengan cara yaitu memberikan informasi harga pasar kepada petani dengan memantau sentra produksi bawang merah. Karena selama ini fluktuasi harga sangat dipengaruhi oleh banyaknya penawaran yaitu panen raya yang bersamaan dibeberapa sentra produksi. Selain itu perlu dikembangkan teknologi pengawetan dan pengolahan bawang merah yang lebih baik dan acceptable bagi petani untuk mengurangi risiko, karena salah satu kendala yang dihadapi untuk menyimpan adalah sifat alami bawang merah yang tidak tahan lama.

Kata Kunci : Pemasaran, Marketing, Perdagangan Perantara, Penentuan harga,


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.