Pengaruh Pembentukan Operating Holding Company Terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Pada Semen Gersik Group
FAHRUDIN (Adv.: Agus Setiawan, Drs., M.Soc.Sc., Ph.D.), Agus Setiawan, Drs., M.Soc.Sc., Ph.D.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai bagaimana pengaruh pembentukan operating holding company pada SGG terhadap kinerja perusahaan-perusahaan yang bergabung (PT Semen Gresik, Persero Tbk. sebagai perusahaan induk, dan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa sebagai perusahaan anak). Penilaian kinerja meliputi kinerja operasional dan finansial dengan perioda pengamatan antara tahun 1992-1998. Kinerja operasional diukur dengan pertumbuhan produksi, utilisasi, pertumbuhan penjualan dan pangsa pasar. Kinerja finansial diukur dengan rasio-rasio finansial meliputi rasio likuiditas, aktivitas, profitablitas dan pertumbuhan.
Dengan metoda deskriptif kualitatif, penulis menemukan bahwa secara umum, kinerja operasional dan finansial perusahan-perusahaan yang bergabung dalam holding SGG sebagian besar mengalami penurunan. Dengan demikian, belum tercipta sinergi dalam penggabungan usaha ini. Namun, penurunan kinerja perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam SGG masih lebih baik atau tidak lebih buruk jika dibandingkan dengan industri semen nasional. Di saat industri semen jatuh, bentuk holding ini mampu menyelamatkan SGG dari krisis ekonomi.
Selain faktor krisis ekonomi yang membuat kinerja perusahaan-perusahaan rendah, terdapat setidaknya tiga permasalahan yang menyebabkan belum terciptanya sinergi pada holding SGG. Permasalahan tersebut antara lain pembentukan holding SGG terkesan dipaksakan oleh pemerintah tanpa ada perencanaan yang jelas, adanya penolakan dan tuntutan pemisahan (spin-off) dari pihak PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa, dan kelemahan yang melekat pada bentuk operating holding company yang mana perusahaan induk masih melakukan operasi bisnis sehingga kurang fokus dalam mengambil dan menerapkan strategi sebagai grup afiliasi.
The purpose of this study is to assess the effect of the operating holding company in the SGG to the corporate performance that was joined (PT Semen Gresik (Persero) Tbk. as a holding company, PT Semen Padang and PT Semen Tonasa as a subsidiary company). Performance assessment includes operational and financial performance with the observation period between the years 1992-1998. The operational performance is measured by production growth, utilization, sales growth and market share. Financial performance is measured by financial ratios such as liquidity, activity, profitability and growth ratio.
With a qualitative descriptive method, the authors found that generally, the operational and financial performance of companies that joined in the SGG majority was declined. It means that in this business combination has not created a synergy. However, the decline in performance is still better or no worse than the national cement industry. At the fall of the cement industry, the formation of the SGG is able to save from the economic crisis.
In addition to the economic crisis that makes the corporate performance low, there are three issues that have led to the fail of synergies creation in the SGG. Those problems include the holding formation on the SGG imposed by the government without a clear plan, the rejection and separation charges (spin-off) of the PT Semen Padang and PT Semen Tonasa, and the weaknesses inherent in the form of an operating holding company where the parent company still doing business operation that is less focused in taking and implementing the strategy as an affiliate group.
Kata Kunci : kinerja operasional, kinerja finansial, sinergi, holding company, operational performance, financial performance, synergy, BUMN.
