HABITAT HOMO ERECTUS PADA KALA PLESTOSEN TENGAH DI JAWA BAGIAN TENGAH BERDASARKAN ANALISIS MESOWEAR MOLAR BOVIDAE DAN CERVIDAE DARI SITUS SANGIRAN

MARLIA YULIYANTI R, Dr. Anggraeni, M.A

2017 | Tesis | S2 Ilmu Arkeologi

Sangiran terletak di Jawa Tengah, kurang lebih 18 Km dari Surakarta (Solo), pada kawasan ini terdapat endapan-endapan dari masa Kuarter yang tersingkap dengan baik. Di dalamnya terkandung fosil-fosil Hominin, vertebrata dan hasil budaya atau artefak. Berdasarkan kajian geologis dan stratigrafinya, fosil yang ditemukan di Sangiran tidak hanya berasal dari Sangran saja, tetapi juga berasal dari Pulau Jawa bagian tengah. Lingkungan Kala Plestosen Tengah sangat menarik untuk diteliti karena fragmen fosil Homo erectus paling banyak ditemukan pada kala ini bersama temuan sisa fauna serta artefaknya. Rekonstruksi lingkungan sangat penting untuk membantu memahami kemampuan adaptasi Homo erectus pada kurun waktu tersebut. Salah satu metode yang telah dikembangkan dan dapat digunakan untuk merekonstruksi lingkungan adalah analisis mesower terhadap gigi herbivora. Tujuan penerapan metode ini adalah untuk mengetahui diet binatang yang kemudian diinterpretasikan menjadi jenis lingkungan habitatnya. Konsep analisis mesowear ini adalah mengukur derajat atrisi dan abrasi molar akibat gesekan antara gigi dengan gigi maupun makanan. Gesekan molar tersebut menciptakan keausan yang menunjukkan jenis makanan atau diet, apakah diet tergolong grazer (merumput), browser (mengkonsumsi tumbuhan berkayu), ataukah intermediate (gabungan grazer dan browser). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel fosil gigi binatang dari formasi Kabuh yang menjadi koleksi Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Formasi Kabuh mengandung fosil Homo erectus paling banyak. Seleksi untuk memperoleh sampel yang optimal untuk melakukan analisis mesowear dan menghindari faktor bias akibat proses tafonomi. Sampel yang memenuhi syarat adalah fosil molar yang tidak mengalami kerusakan dan lengkap informasi asal formasi ditemukan yaitu dari formasi Kabuh. Hasil interpretasi habitat binatang tersebut merepresentasikan habitat yang diadaptasi Homo erectus. Hasil penelitian ini digunakan untuk menambah informasi tentang rekonstruksi lingkungan pada Kala Plestosen Tengah yang sebelumnya sudah disusun melalui penelitan pollen, paleopedologi, dan biostratigrafi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cervus sp. merupakan pemakan rumput (grazer). Bubalus paleokerabau merupakan pemakan rumput dan tumbuhan berkayu (mix feeder) dengan dominasi makanan rerumputan (grazer). Bibos paleosondaicus merupakan pemakan rumput dan tumbuhan berkayu (mixed feeder) dengan dominasi makanan berkayu (browser). Rekonstruksi lingkungan berdasarkan analisis mesowear tersebut menunjukkan adanya dua jenis habitat yaitu terbuka dan tertutup selama Kala Plestosen Tengah yang kemungkinan diadaptasi oleh Homo erectus di Jawa. Selain itu, dengan hasil analisis mesowear yang telah dianalisis dengan ANOVA menunjukkan bahwa selama Kala Plestosen Tengah tidak terjadi perubahan lingkungan yang berarti.

Sangiran is located in Central Java, approximately 18 Km from Surakarta (Solo), where we can located deposits from the Quaternary exposure. It contains Hominin fossils, vertebrates and artefacts. Environment in the middle Pleistocene is very interesting to be observed because the fossil fragments of Homo erectus are most commonly found at this time along side with the remains of fauna and artefacts. Environmental reconstruction is very important to help us understand the adaptation ability of Homo erectus in the past. One of the methods that have been developed for environmental reconstruction is mesowear analysis of herbivorous teeth. The purpose of applying this method is to know the animal's diet which is later can be able to define the type of habitat environment of Homo erectus. The concept of mesowear analysis is to measure the degree of attrition and abrasion of the molars due to friction between teeth and food or teeth by teeth themselves. The molar friction creates wear and tear that indicates the type of food or diet, whether the diet is grazer (browser), browser (consume woody plants), or intermediate (combined grazer and browser). This study was conducted using animal fossil samples, especially Bovidae and Cervidae from Kabuh formation where Homo erectus is most commonly found. Selection of the samples was implemented to obtain optimal samples for mesowear analysis and to avoid the bias factors due to the taphonomic processes. The appropriate samples are molar fossils that are not damaged and have complete information which ensure its origin in Kabuh formation. Interpretation of the animal's habitat will represent the adapted habitat of Homo erectus. The results of this research are used to enhance information about Middle Pleistocene environmental reconstructions which have been accomplished from pollen, paleopedology, and biostratigraphic research. The results mesowear analyses showed that while Cervus sp. were grass eaters (grazer), Bubalus paleokerabau were grass and woody plants eaters (mix feeder) but with domination of grazer. Bibos paleosondaicus were also grass and woody plants eaters (mixed feeder), but with the domination of woody food (browser). Environmental reconstruction based on the mesowear analysis indicates the existence of two types of habitats. They were opened and closed habitat during the Middle Pleistocene that may be adapted by Homo erectus in Sangiran or even other Kabuh Formation at other part of central Java where some of the Sangiran archaeological finds might have originated. In addition, mesowear score which have been analyzed using ANOVA shows that no significant habitat change occurred during Middle Pleistocene.

Kata Kunci : Analisis mesowear, Formasi Kabuh, Rekonstruksi habitat