Laporkan Masalah

Tinggalan Kapal Uap di Perairan Pulau Bawean: Bentuk, Fungsi dan Peranannya dalam Aktifitas Pelayaran di Masa Lalu

MUHAMMAD TAUFIQ, Andi Putranto, S.S, M.Sc

2018 | Skripsi | S1 ARKEOLOGI

Bangkai kapal uap merupakan salah satu tinggalan arkeologi bawah air yang banyak ditemui di wilayah perairan Indonesia. Di masa lalu, penggunaan mesin uap untuk kapal jenis ini menjadi titik tolak revolusi kemaritiman global sehingga menjadi salah satu bukti awal aktivitas pelayaran moderen pasca revolusi Industri di abad 19. Dua diantaranya adalah Shipwreck Gosong (Kapal Uap A) dan Shipwreck P. Nusa (Kapal Uap B), yang ditemukan di perairan Bawean, Gresik, Jawa Timur dalam kedaan tak lagi utuh akibat aktivitas perburuan besi tua. Sebagian besar komponen kapal yang tersisa dari kedua bangkai kapal ini telah menyatu dengan karang, sementara bagian bawahnya terkubur di dasar laut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk asli dari reruntuhan kapal uap di Pulau Bawean, mengidentifikasi tinggalannya serta menjelaskan fungsi dan peranannya dalam aktivitas pelayaran di masa lalu. Melalui pendekatan arkeologi perkapalan, diketahui bahwa kedua tinggalan tersebut merupakan kapal uap tipe screw propeller steamship namun dengan teknologi, ukuran, muatan, dan susunan material yang berbeda satu sama lain. Lebih jauh lagi, berdasarkan perbandingan dengan data sejarah yang ada, bangkai Kapal Uap B berhasil di identifikasi sebagai SS. Bengal milik Gellatly, Hankey, Sewell and Co yang tenggelam pada tahun 1885, sementara bangkai Kapal Uap A diduga adalah SS. Baron Bentinck milik NISM yang tenggelam di tahun 1881. Mendekati akhir abad ke-19, keduanya difungsikan untuk mengangkut penumpang dan barang antar pelabuhan di Indonesia, baik dalam jaringan pelayaran nasional maupun Internasional.

The wreckages of Steamships are one of most-found underwater archaeological objects in Indonesians sea. In the past, the use of steam engine powered to these kinds of ships becomes a turning-point of global maritime revolution. Thus, the wreckages become the evidence of the early moderen shipping activity in 19th century, right after the Industrial Revolution. Two of these shipwrecks are Shipwreck Gosong (Steamship A) and Shipwreck P. Nusa (Steamship B), wich was found in Bawean sea, Gresik, Jawa Timur in a bad and incomplete state caused by the shipwrecked hunting activities. Most of the wrecks components are already merged with the coral and reef, while the bottom part is buried in the seabed. This research aims to describe the original shape of two shipwrecks in Bawean Island, to identify its remains, and to define its function along with its roles in the past shipping activity. Through a nautical approach, its concluded that both wrecks are include in screw steamship's type with each of them has differences in technology, size, cargo, and material structure. Moreover, after a comparative analysis with historical data, it was found that the Steamship B is actually the SS. Bengal owned by Gellaty, Hankey, Sewell & Co that has wrecked in 1885. Meanwhile, the other shipwreck is suspect as the SS. Baron Bentinck owned by NISM, wrecked in 1881. Both steamships were serving in later part of 19th century, to distribute passengers and goods at Indonesians local ports, also from Indonesian to Inernational ports and vice versa.

Kata Kunci : Arkeologi bawah air, Shipwreck, Kapal Uap, Bawean


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.