Anantomi Proses Konflik Etnis Samawa Dan Bali Di Kabupaten Sumbawa Tahun 2013

LALU AHMAD TAUBIH, Dr. Gabriel Lele, M.si

2018 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Konflik antara warga Etnis Samawa (etnis lokal) dengan warga Etnis Bali di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2013 lalu dipicu oleh kematian seorang wanita warga Etnis Samawa yang diduga dibunuh oleh kekasihnya seorang pria beretnis Bali, namun meningkatnya skala konflik dari masa konfrontasi menjadi krisis disebabkan oleh ketidak mampuan Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Kepolisian Resort Sumbawa dalam meredam emosi massa terkait isu kematian korban serta kegagalan dalam mendeteksi dini akan adanya gerakan massa yang merusak. Jauh sebelum konflik tereskalasi, telah ada kecemburuan dari warga Etnis Samawa selaku etnis lokal dan mayoritas di Kabupaten Sumbawa terhadap para etnis pendatang namun kecemburuan tersebut tidak terdeteksi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa, dimana warga etnis pendatang banyak mendominasi sektor-sektor ekonomi seperti kepemilikan toko, usaha penyedia jasa, usaha rumah makan, dan penguasaan pasar induk. Selain itu dominasi di sektor pertaniaan dan kepemilikan lahan oleh etnis pendatang pun menambah kecemburuan itu dimana para peserta transimigrasi dari beberapa daerah di luar Kabupaten Sumbawa mendapat hak kepemilikan atas tanah garapan mereka yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di beberapa desa di beberapa kecamatan tujuan transimigrasi.

The conflict between ethnic Samawa residents and the ethnic Balinese in Sumbawa district in 2013 was triggered by the death of a woman of ethnic Samawa who was allegedly murdered by her beloved Balinese man, but the increasing scale of the conflict from the confrontation to the crisis was caused by the the ability of the Government of Sumbawa Regency and Sumbawa Resort Police in muffling the mass emotions related to the issue of death of the victim and failure in early detection of the existence of destructive mass movement. Long before the conflict escalated, there has been jealousy from ethnic Samawa residents as local and majority ethnic in Sumbawa regency against the immigrant ethnic but the jealousy is not detected by Sumbawa Regency Government, where many ethnic immigrants dominate the economic sectors such as shop ownership, services, restaurant business, and master market. In addition, the dominance of the land sector and land ownership by ethnic immigrants increased the jealousy that transimigration participants from some areas outside of Sumbawa regency gained ownership rights over their large number of scattered and scattered lands in several villages in several sub-districts for trans- migration purposes.

Kata Kunci : Proses Konflik, Pengelolaan Konflik.