MUSEUM KOES PLUS Melalui Pendekatan Arsitektur Analogi - Metafora
ARDEA DEWANTARA ARIF, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti M.Arch., Ph.D.
2017 | Skripsi | S1 ARSITEKTURParadigma masyarakat Indonesia tentang museum saat ini hanyalah sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah serta menjadi monumen penghias kota. Akibatnya, banyak orang yang enggan berkunjung museum karena dianggap kuno. Padahal museum dapat dijadikan sarana pendidikan yang interaktif dan inovatif. Pada kenyataannya, museum tidak melulu tentang peninggalan sejarah. Museum dapat pula menjadi sarana pelestarian suatu karya seni. Mulai dari seni rupa, tari, musik, hingga seni kontemporer. Pelestarian seni musik di Indonesia pun mengalami hal serupa. Seni musik tradisional memang sudah cukup dilestarikan walaupun masih kurang. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah tokoh seni musik yang melegenda di Indonesia. Koes Plus merupakan salah satu band legendaris Indonesia. Karya-karyanya hingga saat ini masih populer di berbagai kalangan masyarakat. Maka dari itu sudah sepantasnya Koes Plus diberikan suatu tempat khusus untuk mengenang perjalanannya. Museum menjadi salah satu wadah yang paling cocok untuk mengenang dan melestarikan hasil karya grup legendaris ini. Dalam membangun sebuah museum yang berisikan memoribilia Koes Plus, kita perlu memperhatikan suasana perjalanan grup band ini. Dinamika perjalanan karir Koes Plus cukup beragam sehingga dapat diterapkan dalam sebuah karya museum. Dinamika perjalanan ini yang nantinya dapat dianalogikan dan dimetaforakan ke dalam museum dalam bentuk ruang, koleksi, maupun suasana secara keseluruhan.
The paradigm of Indonesian society about the museum nowadays is just as a place to store and preserve objects of historical relics as well as a monumental building to the city. As a result, many people are reluctant to visit the museum because it is considered dull. Though the museum can be used as an interactive and innovative educational tool. In fact, the museum is not only about historical relics. Museum can also be a means of preservation of a work of art. Starting from fine arts, dance, music, to contemporary art. Preservation of musical art in Indonesia also experienced the same thing. Traditional music art has been sufficiently preserved though still lacking. But it is not less important that legendary music artist in Indonesia also get preserved . Koes Plus is one of Indonesia's legendary bands. His works to this day are still popular in various circles of society. Therefore it is appropriate that Koes Plus should be given a special place to commemorate his journey. The museum became one of the most suitable containers to commemorate and preserve the work of this legendary group. In building a museum containing Koes Plus artworks and crafts, what needed to be focused is the atmosphere of the band's journey. The dynamics of Koes Plus's career journey are varied enough to be applied in a museum work. The dynamics of this journey which later can be analogized and methaporized into the museum in the form of space, collections, as well as the atmosphere as a whole.
Kata Kunci : Museum, Koes Plus, Analogi - Metafora