Laporkan Masalah

PERAN SILVOPASTUR DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PAKAN TERNAK SAPI (Bos taurus) PADA MUSIM KEMARAU DI DESA BANARAN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

M MUFLICHUL ATQIYA`, Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr. Sc;Dr. Priyono Suryanto, S.Hut., M.P.

2017 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Ketersediaan hijauan pakan ternak pada musim kemarau menjadi permasalahan yang utama dalam pengelolaan ternak sapi di Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola, jenis tanaman, tingkat keanekaragaman tanaman berkayu yang ditanam di lahan silvopastur, potensi hijauan pakan dan biomassa, serta pola pemberian pakan ternak sapi. Penelitian ini dilakukan di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul pada musim kemarau tahun 2016 (tanggal 16 Agustus-31September 2016). Metode penelitiannya yaitu dengan survei, pengamatan dan pengukuran di lahan silvopastur dengan membuat petak ukur berukuran 20 m x 20 m. Data yang diambil yaitu: jenis tanaman, jumlah tanaman, keliling batang pohon, keliling pangkal cabang pohon, tinggi pohon, tinggi tajuk, lebar tajuk, berat daun, berat biomassa. Praktek silvopastur didokumentasikan melalui wawancara dengan pengambilan sampel 30 responden. Analisis yang digunakan yaitu: INP, Indeks Keanekaragaman Shannon, dan penggunaan aplikasi SExI-FS. Pola silvopastur yang berkembang di Desa Banaran pada musim kemarau yaitu: Trees Along Border, Alternate Rows, Random Mixture, dan Blocking System. Pola Blocking System merupakan pola yang paling baik diterapkan di Desa Banaran pada musim kemarau karena mudah dalam memberikan perlakuan. Pada pola ini, tanaman rerumputan dan pertanian tidak banyak ternaung oleh tajuk pohon sehingga perolehan cahaya matahari dapat maksimal dan pertumbuhannya akan lebih cepat. Pakan ternak sapi dari rerumputan yang paling banyak ditanam yaitu kolonjono, sedangkan pakan ternak sapi dari tumbuhan berkayu paling banyak ditanam yaitu mahoni. Keanekaragaman berbagai tingkat pertumbuhan tanaman berkayu berdasarkan Indeks Shannon yaitu: tingkat semai, tiang dan pohon termasuk rendah dan tingkat sapihan termasuk sedang. Potensi pakan ternak dari rerumputan dan tiga jenis tanaman berkayu (mahoni, lamtoro, dan gamal) mempunyai rata-rata sebesar 8.308,2 (plus minus 5,499,3) kg/ha/panen. Potensi biomassa cabang dan ranting yang dihasilkan dari tiga jenis tanaman berkayu (mahoni, lamtoro, dan gamal) mempunyai rata-rata sebesar 3.130,98 (plus minus3.699,3) kg/ha/panen. Sebagian besar peternak sapi Desa Banaran di musim kemarau tahun 2016 dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sapi dari lahan silvopastur milik sendiri, sehingga tidak mengganggu hutan negara (hutan Wanagama).

The availability of forage in the dry season is a major problem in the management of cattle in Gunungkidul. This study aims to determine the pattern, type of plants, the level of diversity of woody plants grown on silvopasture land, the potential for forage and biomass feed, and the pattern of feeding cattle. This research was conducted in Banaran Village, Playen Sub-district, Gunungkidul Regency during the dry season of 2016 (August 16-September 31, 2016). The research method is by survey, observation and measurement in silvopasture field by making measuring plot measuring 20 m x 20 m. The data taken are: the type of plant, the number of plants, the circumference of the tree trunk, the circumference of the base of the tree branch, the height of the tree, the crown height, the width of the canopy, leaf weight, biomass weight. Silvopasture practice is documented through interviews with sampling of 30 respondents. The analyzes used are: INP, Shannon Diversity Index, and use of SExI-FS application. Silvopasture patterns developed in Banaran Village during the dry season are: Trees Along Border, Alternate Rows, Random Mixture, and Blocking System. Blocking System pattern is the best pattern applied in Banaran Village during the dry season because it is easy in giving treatment. In this pattern, the grass and agricultural plants are not much sheltered by the tree canopy so that the sun's gain can be maximized and the growth will be faster. Cattle feed from the most planted grass is kolonjono, while cattle feed from the most woody planted plant is mahogany. The diversity of various growth rates of woody plants based on the Shannon Index are: the level of seedlings, poles and trees including low and medium-sized levels including medium. The potential for animal feed from grasses and three woody species (mahogany, lamtoro, and gamal) has an average of 8,308.2 (plus minus5,499.3) kg/ha/harvested. The potential of branch biomass and twigs produced from three types of woody plants (mahogany, lamtoro, and gamal) has an average of 3,130.98 (plus minus 3.699.3) kg/ha/harvested. Most of the Banaran Village cattle breeders in the dry season of 2016 can supply cattle feed from their own silvopasture so as not to disturb state forest (Wanagama forest).

Kata Kunci : Silvopastur, pola tanam, potensi, hijauan pakan ternak, sapi;Silvopasture, cropping pattern, potency, forage, cattle