GAMBARAN MINERAL Ca, P, Mg DAN K TERHADAP KASUS DISTOKIA, RETENSI PLASENTA DAN ANESTRUS PADA SAPI BETINA PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN (PFH) DI KAMPUNG ARANG, KECAMATAN CIBODAS, KABUPATEN LEMBANG
DWI WALID RETNAWATI, Dr. drh. Yanuartono MP ; drh. Agung Budiyanto MP. Ph.D
2017 | Tesis | S2 Sain VeterinerGangguan reproduksi yang disebabkan rendahnya status kesehatan hewan maupun kesehatan reproduksi adalah distokia, retensi plasenta, anestrus, silent heat, kawin berulang. Manajemen pemeliharaan dan penanganan gangguan reproduksi yang kurang tepat khususnya manajemen pakan dapat mempengaruhi reproduksi ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah pada kasus distokia, retensi plasenta dan anestrus; mengetahui kadar makromineral (Ca, P, Mg dan K) pada kasus distokia, retensi plasenta dan anestrus dan kadar makromineral (Ca, P, Mg dan K) mempengaruhi gambaran darah. Penelitian ini dilakukan di lokasi peternakan sapi perah kampung Arang, kecamatan Cibodas, Kabupaten Lembang dan dilakukan pengujian sampel darah di Rumah Sakit Hewan Jawa Barat dengan uji biokimia darah dan Balai Pelayanan Veteriner Cikole dengan uji hematologi. Penelitian ini menggunakan 35 ekor sapi PFH betina dengan rincian sebagai berikut sapi dengan kasus distokia karena faktor induk kehabisan energi sejumlah 7 ekor, sapi dengan kasus retensi plasenta sejumlah 7 ekor dan sapi dengan kasus anestrus sejumlah 7 ekor serta 7 ekor sapi kontrol 1 berupa sapi tidak mengalami distokia dan retensi plasenta dan 7 ekor sapi kontrol 2 : sapi dengan siklus normal postpartus. Dilakukan pengambilan darah melalui vena jugularis atau vena coccygea sebanyak 10 ml masing-masing kasus. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif sedangkan secara statistik menggunakan Uji T test dan Uji Korelasi. Hasil Penelitian pada sapi yang mengalami kasus distokia dan kontrol 1 memberikan perbedaan nyata terhadap rata-rata jumlah eritrosit, hemoglobin dan hematokrit (p<0.05). Sapi pada kasus retensi plasenta terhadap kontrol 1 memberikan perbedaan nyata terhadap rata-rata hemoglobin dan hematokrit (P<0.05) sedangkan jumlah eritrosit tidak memberikan perbedaan nyata (P>0.05). Sapi pada kasus anestrus dan sapi kontrol 2 tidak memberikan perbedaan nyata terhadap rata-rata jumlah eritrosit, hemoglobin dan hemetokrit. Hasil penelitian pada kandungan mineral terhadap kasus distokia adalah rata-rata kadar Ca dan P tidak berbeda nyata (P>0.05) sedangkan nilai rata-rata Mg dan K memberikan perbedaan nyata (P<0.05). Pada kasus retensi plasenta rata-rata kadar Ca, P dan Mg tidak berbeda nyata dan nilai rata-rata kadar K berbeda nyata (P<0.05). Pada kasus anestrus nilai rata-rata Ca dan P tidak berbeda nyata (P>0.05) sedang Mg dan K berbeda nyata (P<0.05). Pada penelitian ini Raiso Ca : P yang sempit mempengaruhi kasus distokia, retensi plsenta dan anestrus. Korelasi hematologi terhadap mineral Ca, P, Mg dan K pada kasus distokia dan anestrus sangat lemah sedangkan pada kasus retensi plasenta ada hubungan kuat.
Some reproductive disorders found in animals, namely dystocia, placentalretention, anestrus, silent heat, and repeat breeding are caused by poor general and reproductive health. Mishandling these problems, especially by inappropriate fodder management, may have effects on cattle reproduction. This research aims to take a further look at blood profiles of cattle with dystocia, placental retention, and anestrus cases, and understand how macrominerals and microminerals levels of Ca, P, Mg, and K in these cases affect their blood profiles. The research is done at a dairy-farming facility in Arang Village, Cibodas Sub-district, Lembang Regency. Blood sample tests are done in separate locations: blood biochemistry test takes place at West Java Veterinary Hospital, while hematology test is conducted at Cikole Veterinary Service Center. The sample for this research is 35 Holstein-Friesian Crossbreds (HFC) cows with the following conditions: 7 cows with dystocia labor due to maternal exhaustion, 7 cows with placental retention, 7 cows with anestrus, 7 control cows type 1 with neither dystocia nor placental retention cases, and 7 control cows type 2 with normal postpartum cycle. Blood samples are collected from cattle jugular or coccygeal vein, taking 10ml blood for each case. Collected data is analyzed using a descriptive method, while T-test and Correlation tests are used for statistical purpose. The result shows that cows with dystocia when compared with control cows type 1, give out a significant difference in the average amount of erythrocyte, hemoglobin, and hematocrit (P<0.05). Cows with placental retention, when also compared with control cows type 1, give out a significant difference in the average amount of hemoglobin and hematocrit (P<0.05), but not for erythrocyte (P>0.05). Cows with anestrus, when compared with control cows type 2, do not give out a significant difference in the average amount of erythrocyte, hemoglobin, and hematocrit altogether. The result of mineral content testing in the blood profile of cows with dystocia shows that average Ca and P mineral levels does not give out significant differences (P>0.05), while average Mg and K mineral levels give out significant differences (P<0.05). On cows with placental retention, average Ca, P, and Mg levels do not give out significant differences (P>0.05) while average K levels are much different (P<0.05). On anestrus cases, average Ca and P does not show a significant difference (P>0.05) while Mg and K levels show a significant difference (P<0.05). In this research, narrower Ca : P ratio is proven to trigger dystocia, placental retention, and anestrus cases. Hematological correlation between Ca, P, Mg, and K minerals on dystocia and anestrus cases is very weak. On the other hand, hematological correlation of those minerals to placental retention cases are very strong.
Kata Kunci : gangguan reproduksi, kasium, mineral, fosfor, sapi perah