Laporkan Masalah

Dinamika Collaborative Governance: Studi Kasus dalam Konsorsium CBI dan Konsorsium Riset Vaksin di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

SASTI ORISA, Dr. Gabriel Lele, S.I.P., M.Si.

2017 | Tesis | S2 Manajemen dan Kebijakan Publik

Penelitian ini menganalisis mengapa terdapat perbedaan/variasi keberhasilan collaborative governance dalam kegiatan litbang yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, akademisi lembaga litbang dan perguruan tinggi, serta badan usaha/industri. Argumen utamanya adalah perbedaan pendekatan dalam proses membangun konsensus membawa perbedaan pada keberhasilan kegiatan litbang. Studi ini mencoba menjelaskan argumen tersebut dengan menelisik secara kualitatif bagaimana proses membangun konsensus, serta mengidentifikasi faktor yang menentukan; untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini penting karena collaborative governance menjadi media untuk mengatasi masalah klasik ketersediaan sumber daya, melalui pembentukan konsorsium riset. Namun prevalensinya adalah konsorsium berhenti setelah fasilitasi program selesai. Di sisi lain, pada bidang fokus (konteks) yang berbeda, terdapat konsorsium yang masih berlanjut dan bahkan melahirkan kolaborasi baru. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus ganda (multikasus). Kasus yang diambil adalah konsorsium teknologi keselamatan kereta api computer–based interlocking (CBI) dan konsorsium riset vaksin (Hepatitis B dan Erythropoietin). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan aktor pemerintah, lembaga litbang, dan industri, yang terlibat langsung di dalam konsorsium; serta melalui studi dokumen. Data dianalisis dengan membuat deskripsi detail dari proses collaborative governance dan proses membangun konsensus dalam konsorsium riset. Temuan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan dalam menerjemahkan peran industri sebagai leader konsorsium. Penerjemahan tersebut termanifestasi dalam keterbukaan, intensitas komunikasi, kepercayaan (trust), komitmen, dan keadilan (fairness). Temuan lain menunjukkan adanya negosiasi/pendekatan personal yang digunakan untuk mengatasi kendala dalam masalah keterbukaan dan kepercayaan. Hal menarik tentang masalah kepercayaan adalah konsensus dibangun dengan adanya kepercayaan, namun kemudian dengan konsensus tersebut juga sekaligus menumbuhkan kepercayaan yang lebih tinggi dan membawa pada hubungan yang lebih kuat. Dengan hal tersebut, konsorsium riset vaksin berhasil membangun konsensus dengan baik, dengan selalu menjaga keterlibatan anggota konsorsium di dalam forum, serta dalam pengambilan keputusan. Sedangkan proses yang dijalani konsorsium CBI lebih bersifat konsultatif, dengan adanya batasan ruang lingkup yang dibangun oleh industri untuk anggota konsorsium yang lain. Dengan demikian, perbedaan dalam proses membangun konsensus membawa variasi pada keberhasilan collaborative governance dalam kegiatan litbang. Cara dan pendekatan yang berbeda menghasilkan keterikatan yang berbeda di dalam konsorsium.

This study seeks to analyse the emergence of differences in the success of collaborative governance in research and development (R&D) activities conducted by government agencies, researchers from R&D institutions and universities, and also business entities/industries. The main argument is that the dynamics of consensus building have brought the difference in successful R&D activities. This thesis illustrates this argument by qualitatively investigating the process of building consensus, as well as identifying the determinants/decisive factors; in order to answer the research question. This topic is important for two reasons. First, collaborative governance is carried out in order to overcome the classic problem of resources availability, through the establishment of R&D consortia. Second, the prevalence shows that the consortium terminated or ended sort after the program (funding) completed. On the other hand, there is a consortium that successfully exists and produce a new collaboration. Therefore, this research used multiple cases: computer–based interlocking (CBI) consortium, and consortium of vaccine research (Hepatitis B and Erythropoietin consortium). Data collection was conducted through document analysis and interviews with government actors, R&D insitutions actors, and actors from industries; whom directly involved in the consortium. The data were analysed by drawing a detailed description of collaborative governance and consensus building process within the research consortium. This research, based on the cases, indicate a difference in interpreting the role of industry as the leader of consortium. Such interpretation manifested in openness, frequency of communication, trust, commitment, and fairness. This study also found that personal approaches were used to address the issue of trust and openness. Moreover, the issue of trust become interesting since consensus was built on trust, but then consensus building has led to a deeper trust and stronger relationships. This situation have brought the consortium of vaccine research succeeded in building a good consensus,by keeping all members always involved in the forum. Meanwhile, the process undertaken by CBI consortium was more consultative, instead of building consensus, due to limitation created by industry for other consortium members. Thus, the differences in the process of building consensus have brought the variety into successful R&D activities. Different approaches led to a different bonding within the consortium.

Kata Kunci : collaborative governance, konsorsium riset, konsensus

  1. S2-2017-388907-abstract.pdf  
  2. S2-2017-388907-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-388907-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-388907-title.pdf