STUDI EPIDEMIOLOGI KELAINAN DAN KEBUTAAN MATA ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KEY INFORMANT DI KABUPATEN BANTUL
WIDYANDANA, Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp.M(K).; Dr. dr. Agus Supartoto, Sp.M(K).
2017 | Tesis-Spesialis | SP ILMU PENYAKIT MATAPendahuluan: Data epidemiologi mengenai kebutaan dan kelainan mata pada anak di Indonesia masih sangat minim, demikian juga dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mata, terutama pada anak. Saat ini diperkirakan prevalensi kebutaan pada anak sebesar 0,2-0,3/1000 anak di negara maju dan 1,0-1,5 /1000 anak di negara-negara berkembang yang mayoritas adalah negara di Asia. Tujuan penelitian: Melakukan studi epidemiologi melalui skrining kelainan dan kebutaan mata anak di wilayah kabupaten Bantul dengan metode key informant (KI). Rancangan Penelitian: Penelitian ini dilakukan melalui program skrining kelainan dan kebutaan mata anak pada seluruh kecamatan (n = 17) di Kabupaten Bantul. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik kasus kelainan dan kebutaan mata anak yang ditemukan. Selanjutnya, dilakukan uji validitas data dari jaringan KI dengan mengevaluasi dengan skrining dari jaringan perangkat desa (PD) diwakili oleh 2 kecamatan, yaitu Sanden dan Dlingo. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif untuk data kelainan mata. Metode Penelitian: Subyek penelitian adalah anak dengan kelainan dan kebutaan mata se-Kabupaten Bantul. Jejaring relawan KI dan PD diberikan pelatihan di setiap kecamatan menggunakan media flip-chart oleh tim dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) dengan materi mengenai anatomi dan fungsi mata, berbagai penyakit mata, dan cara pemeriksaan mata anak. Hasil skrining dirujuk ke vision camp (VC) untuk dilakukan pemeriksaan mata anak oleh tenaga kesehatan. Hasil dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk jumlah anak yang terskrining, angka prevalensi, distribusi tingkat ketajaman penglihatan, penyebab kelainan pada mata, dan angka gangguan yang dapat dicegah maupun diobati yang akan menunjukkan secara umum hasil epidemiologi kelainan mata anak di Bantul. Hasil: Dalam 8 VC didapatkan total pasien 631 anak, dengan 312 anak mengalami abnormalitas dalam pemeriksaan. Anak dengan gangguan penglihatan berat (SVI) ditemukan sebanyak 47 anak (7,45%), anak buta (BL) 74 anak (11,73%), dan anak yang dipercaya tidak dapat melihat 6 anak (0,95%). Prevalensi anak dengan gangguan penglihatan berat sebesar 0,05% dan prevalensi kebutaan mata anak sebesar 0,09%. Data epidemiologi ini telah dilakukan validasi melalui skrining dengan jalur PD dengan hasil KI setara PD. Kesimpulan: Hasil data epidemiologi kelainan dan kebutaan mata anak di Kabupaten Bantul menunjukan bahwa angka prevalensi SVI/BL sebesar 0,14% dan penyebab gangguan penglihatan tertinggi adalah gangguan refraksi. Penggunaan metode key informant untuk deteksi dini kelainan dan kebutaan mata anak setara dengan temuan jejaring perangkat desa.
Introduction: Epidemiologic data on childhood blindness and eye disorders in Indonesia is still minimal as well as societys knowledge and awareness about the importance of eye health, especially in children. Currently, it is estimated that the prevalence of childhood blindness is about 0.2-0.3/1000 children in developed countries and about 1.0-1.5/1000 children in developing countries, mainly in Asia. Objectives: To do an epidemiologic study through screening of childhood blindness and eye disorders in Bantul District using key informant (KI) method. Design: This study was conducted by screening for childhood blindness and eye disorders in all sub-districts (n = 17) in Bantul District. This study identified the characteristics of childhood blindness and eye disorders cases found. After that, the validity of data from KI was tested by evaluating it to the screening data from the members of sub-district government, represented by 2 sub-district: Sanden and Dlingo. Data analysis used descriptive quantitative for eye disorders data. Method: Subjects were children with blindness or eye disorders in Bantul District. KI and members of sub-district government were trained in each sub-district using a flip-chart media by a team from the Department of Ophthalmology of Universitas Gadjah Mada with materials of the anatomy and physiology of the eye, various eye diseases, and how to examine a childs eye. Children screened to have an abnormality were referred to vision camps (VC) to be examined by ophthalmologists. Results were analyzed using descriptive quantitative method for the number of screened children, prevalence, distribution of visual acuity, causes of eye disorder, and the numbers of preventable and treatable cases, which may showgeneral epidemiology of childhood eye disorders in Bantul. Results: In 8 VCs, the number of all patients were 631 children, with 312 children had abnormalities found in examination. There were 47 (7.45%) children with severe visual impairment (SVI), 74 (11.73%) blind (BL) children, and 6 (0.95%) children believed not to be able to see. The prevalence of children with severe visual impairment was 0.05% and the prevalence of childhood blindness was 0.09%. This epidemiologic data was validated by comparing the screening results by KI to the results by members of sub-district government and similar results were found. Conclusions: The results of epidemiologic data of childhood blindness and eye disorders in Bantul District shows that the prevalence of SVI/BL is 0.14% and the main cause of visual impairment is refractive error. The use of key informant method for the early detection of childhood blindness and eye disorders were similar with the results by the members of sub-district government.
Kata Kunci : skrining, kelainan mata, kebutaan mata, anak, key informant, s: screening, eye disorders, blindness, children, key informant