PENENTUAN ETAT TEBANGAN PADA HUTAN RAKYAT DI DESA NGUNUT, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DYAH AYU PERMANA NINGRUM, Teguh Yuwono,S.Hut.,M.Sc

2017 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Pengelolaan hutan rakyat saat ini sebagian besar masih bersifat individual dan belum teratur. Sistem tebang butuh menjadi kebiasaan masyarakat saat kebutuhan ekonomi mendesak sehingga mengakibatkan jadwal dan jumlah tebangan tidak dapat ditentukan. Perhitungan potensi dan penentuan etat tebangan untuk petani hutan rakyat perlu dilakukan agar diperoleh hasil yang paling menguntungkan dan hutan rakyat tetap lestari. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran potensi kayu pada hutan rakyat, menentukan besaran etat tebangan dalam pengelolaan hutan rakyat dan mengetahui kesediaan petani hutan rakyat untuk menerapkan penebangan sesuai etat dalam pengaturan hasil hutan. Metode yang digunakan adalah metode Von Mantel untuk menghitung etat berdasarkan volume dan metode Brandis untuk menghitung etat berdasarkan jumlah pohon. Responden petani pemilik hutan rakyat yang menjadi sampel sebanyak 50 orang berasal dari 50% total pemilik hutan rakyat di masing-masing dusun di Desa Ngunut. Hutan rakyat dipilih secara purposive sampling dan tersebar merata pada berbagai tipe penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan potensi volume kayu di Desa Ngunut sebesar 4.568,37 m3 dengan jumlah pohon sebanyak 17475 pohon. Etat tebangan maksimal berdasarkan volume yang diperbolehkan untuk Jati yaitu 284,22 m3/tahun, Mahoni 74,23 m3/tahun, Akasia 18,25 m3/tahun dan campuran 50,58 m3/tahun. Etat tebangan maksimal berdasarkan jumlah pohon untuk Jati 190 pohon/tahun, Mahoni 50 pohon/tahun, Akasia 13 pohon/tahun dan campuran 23 pohon/tahun. Petani hutan rakyat yang bersedia menerapkan penentuan etat tebangan dalam pengaturan hasil menurut jumlah pohon sebanyak 58% dan yang tidak bersedia sebanyak 42%. Kesediaan petani hutan rakyat Desa Ngunut untuk membentuk kelompok tani hutan rakyat menunjukkan hasil 74% responden petani hutan rakyat setuju dan 26% tidak setuju.

Nowadays, the management of farm forest was individually and irregular. The selective cutting system becomes a community habit when economic needs are urgent, so the schedule and amount of felling can not be determined. Calculation of potential and felling limit estimation for forest farmers are done to obtain the most beneficial results and sustainable farm forest. This research aims to describe the potential of farm forest, determine the felling limit estimation, and know the willingness forest farmer to apply harvesting based on felling limit estimation on forest yield. The used felling limit estimation methods were Von Mantel method to calculate the felling volume limit, and Brandis method to calculate felling limit based on the number of trees. Respondents of forest farmers amounted to 50 from 50% of the total farm forest owners as samples in each Dusun in Ngunut Village. Farm forest is selected by purposive sampling and distributed evenly on the various types of land use. The result showed that wood potential volume in Ngunut Village was 4.568,37 m3. Maximum felling limit estimation based on volume for Teak was 284,22 m3/year, Mahogany 74,23 m3/year, Acacia 18,25 m3/year and mixed crops 50,58 m3/year. Maximum felling limit estimation based on the number of trees for Teak was 190 trees/year, Mahogany 50 trees/year, Acacia 13 trees/year and mixed crops 23 trees/year. The forest farmer who willing to apply the determination of felling limit estimation based on the number of trees was 58% and the unwilling was 42%. The willingness of forest farmers in Ngunut Village to form community forest farmer group showed that 74% of forest farmers agreed and 26% disagreed.

Kata Kunci : Etat tebangan, pengaturan hasil, potensi hutan rakyat, kesediaan petani;felling limit estimation, forest yield regulation, the potential of farm forest, farmers willingness