Kajian aspek biologi Coptotermes curvignathus Holmgren sebagai dasar pengendalian rayap pada pertanaman kelapa sawit

BAKTI, Darma, Promotor Prof.Dr.Ir. H. Achmad Sulthoni, MSc

2002 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian

Rayap Coptotermes curvignathus merupakan hama penting pada pertanaman kelapa sawit di lahan bukaan baru di Sumatera Utara dan Riau. Serangan rayap bila tidak cepat diketahui dan segera dikendalikan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologis C. curvignathus sebagai salah satu unsur utama dalam penerapan PHT. Penelitian terdiri atas stake test jenis rayap yang terdapat di ekosistem hutan dan kebun kelapa sawit, pertum buhan populasi rayap pada beberapa medium tanah, struktur populasi pada tanaman kelapa sawit yang terserang rayap dan pengaruh curah hujan terhadap penerbangan laron. Penelitian lapangan menunjukkan bahwa C. curvignathus terdapat di ekosistern hutan maupun di pertanaman kelapa sawit. C. curvignathus dominan pada tanaman kelapa sawit, sebaliknya Nasutitermes sp. di ekosistem hutan. C. curvignathus memiliki preferensi yang tinggi terhadap tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi. Pertumbuhan populasi tertinggi berturut turut terdapat pada tanah gambut, serasah daun, serbuk gergaji, sedangkan pada tanah mineral dan pasir pertum buhan populasinya lebih rendah. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap keluarnya laron dari sarang. Curah hujan 10-30, 31-50 , dan >50 mm akan menimbulkan kemungkinan penerbangan masing-masing 13,9, 30,6, dan 56,7 persen. Dalam batang kelapa sawit yang terserang rayap terdapat lebih dari satu kelompok (koloni) rayap yang hidup terpisah. Dari satu koloni rayap terdapat 19.900-124010 individu yang terdiri atas telur, kasta pekerja, calon prajurit , prajurit dan laron. Pengendalian rayap dimulai dengan pembersihan lahan dari berbagai kayu, diikuti penanaman penutup tanah agar kayu tidak terpajan matahari, dan pada periode tertentu air dinaikkan agar lahan tergenang sehingga rayap tidak bisa berkembang dan membuat sarang. Monitoring dilakukan dengan memperhatikan periode swarming, gejala serangan dengan mengamati lapisan tanah yang melekat pada batang atau gejala daun menguning yang berbeda dengan tanaman sekelilingnya. Bila tanaman terserang rayap, maka pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida. Tanaman yang rnengalami serangan berat, sebaiknya segera dimusnahkan agar rayap tidak berpindah ke tanaman lain. Eksplorasi musuh alami perlu dilakukan sebagai salah satu unsur utama dalam penerapan pengendalian rayap terpadu dimasa mendatang.

Coptotermes curvignathus is a major pest of oil palm plantation in newly opened area in North Sumatra and Riau provinces. If termite precence is not monitored, the pest may kill trees. The objectives of this study were to assess the biologrcal aspects of C. curvignathus in order to set up Integrated Pest Management (IPM) implementation in oil palm plantation. The studies consisted of stake test of termites in forest and plantation, influence of various types of soil to population growth of termites, termites structure in attacked plant and influence of rainfall to swarming. Field study showed that C. curvignathus was found on palm, where this species dominated in oilpalm ecosystem, while Nasutitermes sp. was dominant in forest ecosystem. C. curvignathus prefers soil with high organic matter. High population growth occurred subsequently on peat soil, dried leaves, and saw dusts, while on mineral and sandy soils, the population growth was lower. The study showed that swarming took place in the beginning of rainy season. Swarming under different rain fall of 70-30 mm; 37-50 mm; and >51 mm were triggered with swarming probability of 13,9, 30,6, 55,s percent. Rainfall above and below the mentioned number, no nuptial flight happen. Several groups or colonies living separately in oil palm trunk or wood attacked by termites. A colony may contain 19.900-724.010 individuals, consisted of about young termites, workers, soldiers, and alates with proportion 45, 42, 17 and 2 percent, respectively. It can be suggested that the termite control should be started with sanitary measures, clearing the field from woody debris. The cover crop should be planted soon after the land clearing. If possible, the land area be flooded at particular period to discourage the termites. Monitoring can be done routinely by observing the swarming period and the typical symptom of termite attack : i.e. soil mound along the trunk, and the yellowing of the leaves. Insecticides can be used for early attack. In highly damaged, it is better that the tree be burnt in order to avoid the termites spread to the others. Exploration and utilization of natural enemies should be considered as an important element for implementation of IPM in the future

Kata Kunci : Kelapa Sawit,Hama Rayap