Laporkan Masalah

KUASA/KRITIK Kajian Awal Nalar Kritik Kekuasaan dan Gagasan Emansipasi Mpu Tantular Sebagai Ulayatisasi Pemikiran Ilmu Sosial Indonesia

HARTMANTYO P U, Drs. Purwanto, M.Phil

2017 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Orientalisme dan Belenggu Ketergantungan Akademik merupakan dua unsur yang selama ini menjangkiti keadaan ilmu sosial di Indonesia. Kehadiran dua unsur tersebut mengakibatkan kekurangan alternatif pemikiran bagi ilmu sosial di Indonesia.Diperlukan usaha untuk meminimalisir dengan cara menghadirkan pemikiran ilmu sosial yang berasal dari Indonesia. Salah satunya adalah pembaruan tafsir terhadap pemikiran Mpu Tantular dalam Kakawin Sutasoma yang berasal dari jaman Kerajaan Majapahit. Pemikiran Mpu Tantular dipilih berdasarkan dua pertimbangan, yaitu belum terjamahnya pemikiran ilmu sosial pada jaman kerajaan dan muatan kritik kekuasaan serta gagasan emansipasi yang terdapat di dalamnya. Penafsiran pemikiran Mpu Tantular dikerangkai dengan perspektif PascaKolonial dan Ulayatisasi Ilmu Sosial yang dioperasikan lewat metode Hermeneutika. Mpu Tantular menuliskan Kakawin Sutasoma sebagai kisah perlawanan Sutasoma untuk mengakhiri jaman Kaliyuga yang dipimpin oleh Dewa Kala dan Purusada. Perlawanan Sutasoma terbadi dalam dua tahap, yang pertama adalah penolakan pada kekuasaan dan yang kedua penerimaan pada kekuasaan. Pemikiran Mpu Tantular mengisyaratkan keterlekatan anatara kekuasaan dan kritik lewat tahap penerimaan kekuasaan yang diawali dengan tahap penolakan kekuasaan untuk akhirnya menghasilkan gagasan kritik dan emansipasi. Mpu Tantular menuliskan pemikirannya untuk melakukan kritik terhadap kekuasaan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Hayam Wuruk dan Mahapatih Gadjah Mada pada saat puncak kejayaan Kerajaan Majapahit. Kritik yang dilancarkan Mpu Tantular adalah kekerasan yang disebabkan oleh usaha pelanggengan kekuasaan ekonomi dan politik Kerajaan Majapahit terhadap kerajaan lainnya, sekali juga dorongan untuk mengakhiri keadaan tersebut lewat gagasan emansipasi yang dilakukan secara bersama. Meletakkan pemikiran Mpu Tantular dalam wacana ilmu sosial di Indonesia diawali dengan menyesuaikan pada kebutuhan sejarah yang menunjukan ketergantungan pada pemikiran Barat. Dengan kehadiran History of Java, dibangunnya KITLV untuk membidani Indologie beserta para Indolog seperti Snouck Hurgronje dan J.H Boeke, hingga memuncak di jaman Orde Baru dengan penerapan gagasan modernisme Amerika yang bersandar pada pemikiran Talcott Parsons. Ilmuwan sosial Orde Baru menerapkan gagasan modernisme Amerika yang secara tidak langsung berguna untuk melegitimasi kepentingan kekuasaan pemerintah yang disertai dengan kekerasan. Pemikiran Mpu Tantular dihadirkan dalam wacana ilmu sosial melalui usaha membongkar realitas rezim Orde Baru. Kesimpulannya memberikan gambaran bahwa pemikiran Mpu Tantular tentang kritik kekuasaan dan gagasan emansipasi baru sebatas menjadi pemantik guna melepaskan ilmu sosial Indonesia dari belenggu Orientalisme dan Belenggu Ketergantungan Akademik.

Orientalism and Fetters of Academic Addiction are two elements that have been infecting the state of social science in Indonesia. The presence of these two elements resulted in a lack of alternative thinking for social science in Indonesia. Needed efforts to minimize by presenting social science thought originating from Indonesia. One of them is the renewal of interpretation of the thought of Mpu Tantular in Kakawin Sutasoma originating from the era of the Majapahit Kingdom. Mpu Tantular thought was chosen based on two considerations, namely the unattainment of social science thinking in the era of the kingdom and the charge of criticism of power and the idea of emancipation contained in it. The interpretation of Mpu Tantular thought is coupled with post-colonial perspective and social science ulayatization operated by the Hermeneutics method. Mpu Tantular writes Kakawin Sutasoma as a story of Sutasoma resistance to end Kaliyuga era led by Kala and Purusada. Resistance Sutasoma takes place in two stages, the first being a rejection of power and a second acceptance of power. The thinking of Mpu Tantular implies the attachment of power and criticism through the stage of receiving power which begins with the stage of rejection of power to ultimately produce the idea of criticism and emancipation. Mpu Tantular writes his thoughts to criticize the power of Majapahit Kingdom led by Hayam Wuruk and Mahapatih Gadjah Mada at the peak of Majapahit Kingdom. Mpu Tantular's criticism is the violence caused by the efforts of the economic and political power of the Kingdom of Majapahit against other kingdoms, as well as the urge to end the situation through the idea of emancipation. Putting the thought of Mpu Tantular into the social science discourse in Indonesia begins by adjusting to historical needs that show dependence on Western thought. With the presence of History of Java, the construction of KITLV to give rise to Indologie and the Indologs such as Snouck Hurgronje and J.H Boeke, culminated in the New Order era with the application of American modernism ideas that rely on Talcott Parsons thought. The New Order social scientist applies the idea of American modernism which is indirectly useful for legitimizing the interests of government power accompanied by violence. Mpu Tantular thought was presented in the social science discourse through the effort to unravel the reality of the New Order regime. The conclusion provides an illustration that Mpu Tantular's thought of power criticism and emancipation notion is merely a lighter to release Indonesian social science from the shackles of Orientalism and the Shackles of Academic Addiction.

Kata Kunci : Ilmu Sosial Indonesia, Mpu Tantular, Ulayatisasi, Kritik Kekuasaan, Emansipasi

  1. S1-2017-317836-abstract.pdf  
  2. S1-2017-317836-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-317836-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-317836-title.pdf