Laporkan Masalah

MEMAAFKAN DAN MELUPAKAN (MOAMBONGI RONGA MONGGOLUPE) : KONFLIK ANTAR KELUARGA DAN PENYELESAIANNYA PADA ORANG TOLAKI DI KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ERENS ELVIANUS KOODOH, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A,. M.Phil; Dr. Setiadi, M.A

2017 | Disertasi | S3 Antropologi

Penelitian ini bertujuan untuk menemukenali berbagai kondisi sosial-budaya orang Tolaki di Kabupaten Konawe sehingga sering timbul konflik antar keluarga. Proses menemukenali kondisi sosial-budaya ini kemudian diarahkan untuk melihat keterkaitan antara kondisi sosial-budaya dengan jenis-jenis konflik antar keluarga serta bagaimana konflik antar keluarga itu diselesaikan pada tingkat masayarakat. Selain itu, penelitian ini juga diarahkan untuk untuk mengetahui dan menganalisis bentuk konflik antar keluarga yang ada pada orang Tolaki serta proses-proses penyelesaian konflik antar keluarga pada orang Tolaki di Kabupaten Konawe. Perspektif teori yang dipakai dalam rangka menganalisis data adalah perspektif konflik dan konflik keluarga, perspektif fungsional struktural, dan penyelesaian konflik. Perspektif konflik sosial dan konflik keluarga adalah untuk mengungkapkan jenis-jenis konflik antar keluarga yang sering terjadi pada orang Tolaki. Perspektif fungsional struktural pada dasarnya adalah upaya untuk menunjukkan relasi fungsional antara unsur-unsur yang ada di masyarakat dalam suatu gejala sosial budaya tertentu. Sedangkan perspektif penyelesaian konflik adalah untuk mengungkapkan strategi-strategi yang dipakai oleh orang Tolaki dalam proses penyelesaian konflik. Pengamatan dan wawancara mendalam merupakan metode yang dipakai dalam penelitian ini dalam rangka mencari data. Sedangkan informan penelitian terbagi atas dua kategori, informan kunci yakni para tokoh adat dan informan biasa yakni tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, pemerintah dalam lingkup kecamatan, desa, dan anggota masyarakat baik pada tingkat tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Pemilihan tokoh adat, tokoh agama, dan pemerintah dalam lingkup kecamatan dan desa sebagai informan karena mereka inilah yang banyak terlibat dalam penyelesaian konflik Sedangkan pemilihan anggota masyarakat dari tingkat individu, keluarga, dan masyarakat adalah karena mereka inilah yang pernah atau sedang terlibat dalam suatu konflik. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa konflik pada Orang Tolaki mengambil bentuk berupa konflik tertutup dan konflik terbuka. Sedangkan yang menjadi sumber atau penyebab konflik adalah tulura (tutur kata), peowai (perbuatan), dan powaihako (tingkah laku). Sumber-sumber konflik ini kemudian termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari Orang Tolaki menjadi konflik karena perbedaan pendapat (sisala mbonaa), konflik karena menyebarkan fitnah (sisala ine powindukia), konflik karena kecelakaan (sisalaa ine salawaihaa), konflik karena penganiayaan (sisalaa ine mowaisaa toono), konflik dalam proses perkawinan (sisalaa ine perapua), konflik dalam hubungan suami isteri (sisalaa meowali), konflik karena sewa tanah (sisalaa ine wuta pinepoindiako), dan konflik harta benda (sisalaa ine hapo-hapo). Kondisi sosial budaya yang sering memicu terjadinya konflik antar keluarga adalah perbedaan strata sosial, ketimpangan ekonomi, dan perbedaan agama. Orang Tolaki kemudian menyelesaikan konflik mereka melalui penyucian (mosehe), menebus kesalahan (peohala), mengampuni (mekindoroa), perkawinan (merapu), kawin cerai (popolo soro), dan cerai.

This study aims to identify the various socio-cultural conditions of Tolaki people in Konawe that often resulting of inter-families conflict. The process of identifying socio-cultural conditions are then directed to see the correlation between socio-cultural conditions with the types of inter-families conflict and how inter-families conflicts was resolved at the community level. In addition, this study also aimed to determine and analyze the types of inter-families conflicts that exist in the Tolaki and processes for conflict resolution among families in the Tolaki in Konawe. Perspective theory used in order to analyze the data is a conflicts perspective and family conflicts, structural functional perspective, and conflict resolution. Conflicts Perspective and family conflicts is to reveal the types of inter-families conflicts that often occurred in Tolaki people. Structural functional perspective is essentially an effort to show the functional relation between a cultural element or a socio-cultural phenomenon particular to the social structure that exists in a society. While the perspective of conflict resolution is to reveal the strategies used by the Tolaki people in the process of conflict resolution. Observation and interview is the method used in this study in order to find the data. While the research informants are divided into two categories, the key informant were traditional leaders and ordinary informants that public figures such as religious leaders, government within the scope of sub-district, village, and community members both at the level of individuals, families, and communities. Selection of traditional leaders, religious leaders, and government within the scope of sub-district and village as an informant because they are involved in conflict resolution While the selection of members of the public of the level of individuals, families, and society are because they have or are involved in a conflict. The results of this study indicate that the conflict in the Tolaki conflicts took the form of closed and open conflict. While the source or cause of the conflict is tulura (speech), peowai (actions), and powaihako (behavior). The sources of this conflict then manifested in the daily life of Tolaki people become conflict of argument (sisala mbonaa) conflict of calumny (sisalaa ine powindukia) conflict of accident (sisala ine salawaihaa) conflict of violence (sisala ine mowaisaa toono) conflict prior to marriage (sisala ine perapua) marital conflict (sisala meowali) land- lease conflict (sisalaa ine wuta pinepoindiako) and conflict of inherintance (sisalaa ine hapo-hapo). Social and cultural conditions that often lead to inter-families conflicts is the difference in social strata, economic inequality, and religious differences. Tolaki People then settle their conflict through the completion of sacrificing (mosehe), redemption (peohala), forgiving (mekindoroa), marriage (merapu), marriage-divorce (popolo soro) and divorce (mowea).

Kata Kunci : Orang Tolaki, Konflik Antar Keluarga, Penyelesaian Konflik

  1. S3-2017-325320-abstract.pdf  
  2. S3-2017-325320-bibliography.pdf  
  3. S3-2017-325320-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2017-325320-title.pdf