Pengaruh gizi kurang terhadap kejadian demam neutropeni pada leukemia limfoblastik akut anak selama kemoterapi fase induksi
MARSHALLA AGNES, dr. Pudjo Hagung Widjajanto, Ph.D, SpA(K) , dr. Wahyu Damayanti, M.Sc, Sp. A(K)
2017 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran KlinikLatar belakang: Leukemia limfoblastik akut merupakan keganasan yang sering ditemukan pada anak dan remaja. Demam neutropeni merupakan kedaruratan medik pada LLA yang sering menyebabkan kematian. Penilaian status gizi pada LLA penting karena gizi kurang dapat mengurangi toleransi kemoterapi, meningkatkan kejadian infeksi dan menurunkan sintasan. Tujuan: Untuk mengetahui apakah gizi kurang merupakan faktor risiko demam neutropeni pada LLA anak. Metode: Penelitian kasus kontrol dilakukan di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta pada anak usia 1 bulan hingga 18 tahun yang terdiagnosis leukemia limfoblastik akut dan tengah menjalani kemoterapi fase induksi sejak Januari 2013 hingga Desember 2015. Kelompok kasus adalah anak dengan demam neutropeni, sedangkan kelompok kontrol adalah anak yang tidak mengalami demam neutropeni. Dinyatakan demam neutropeni jika suhu di atas 38 derajat celcius pada satu kali pengukuran dengan jumlah neutrofil absolut kurang dari sama dengan1.000/mmk. Dinyatakan gizi kurang jika berat badan per tinggi badan diantara -2 hingga kurang dari-3 simpang baku. Pengambilan subjek dilakukan secara randomisasi sederhana. Hasil: Analisis bivariat menunjukkan secara signifikan gizi kurang berhubungan dengan demam neutropeni (OR 2,62; IK 95% 1,07-6,45; p=0,03) tetapi tidak untuk ekonomi kelas bawah (OR 1,1; IK95% 0,42-2,41; p=0,83). Kesimpulan: Gizi kurang merupakan faktor risiko demam neutropeni pada LLA anak selama menjalani kemoterapi fase induksi.
Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common malignancy in children and adolescents. Febrile Neutropenia (FN) is a medical emergency on ALL that often leads to death. Nutrition status assessment on ALL are important because malnutrition can reduce the tolerance of chemotherapy, increase incidence of infection and decrease survival rate. Objectives: To know whether malnutrition is a risk factor for FN in children with ALL. Methods: We conducted a case control study at Sardjito Hospital, Yogyakarta for children aged 1 month to 18 years with ALL and were undergoing treatment in induction phase during January 2013 to December 2015. As the case were children with FN, while the control were patient without FN. Febrile neutropenia was confirmed when temperature above 38 derajat celcius at one measurement with peripheral neutrophil count less than 1.000/mm3. Malnutrition was confirmed when body weight vs height between -2 to less than -3 standard deviation. The recruitment of subjects were done using simple randomization sampling. Result: Bivariate analysis shown significantly malnutrition had correlation with FN (OR 2.62; 95%CI 1.07-6.45; p=0.03) but lower economical status had not correlation (OR 1.1; 95%CI 0.42-2.41; p=0.83). Conclusion: Malnutrition is a risk factor for FN in children with acute lymphoblastic leukemia.
Kata Kunci : demam neutropeni,leukemia limfoblastik akut, status gizi