Laporkan Masalah

Kinerja Pengembangan Daya Saing UMKM Batik Kabupaten Pekalongan Menhhadapi Implementasi ACFTA ( Asean-China Free Trade Agreement )

SYAFIQ, Muhammad , Ambar Widaningrum

2012 | Skripsi | Manajemen dan Kebijakan Publik (dh. Ilmu Administrasi Negara)

Hegemoni produk batik China seiring dengan implementasi ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement) menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku UMKM batik Kabupaten Pekalongan dalam menjaga eksistensinya. Modernisasi perdagangan yang sekarang ini terjadi perlu disikapi dengan adanya daya saing tinggi untuk bisa bersaing tidak hanya di pasaran domestik namun juga mancanegara. Peran serta semua pihak diperlukan untuk menjaga daya saing pelaku UMKM batik sehingga tidak tergerus oleh produk batik China yang sudah mulai ada di pasaran Indonesia.Penilitian ini berusaha melihat kinerja pengembangan daya saing UMKM batik Kabupaten Pekalongan menghadapi implementasi ACFTA melalui metode kualitatif. Metode pengumpulan data yang berupa wawancara serta observasi lapangan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kondisi yang dialami oleh para pengusaha batik. Aspek-aspek yang dijadikan parameter untuk melihat kinerja pengembangan daya saing UMKM batik Kabupaten Pekalongan menghadapi ACFTA menggunakan model diamond. Kondisi faktor, permintaan domestik, industri terkait dan pendukung serta Strategi perusahaan, struktur dan persaingan menjadi parameter utama dalam penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menganalisis data-data hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek yang dijadikan peremeter penelitian memperlihatkan rendahnya daya saing. SDM yang dimiliki belum bisa menopang penciptaan kualitas produk ditambah dengan langkanya tenaga pembatik. Masalah klasik permodalan juga masih dihadapi dengan kurangnya akses ke lembaga-lembaga keuangan. Pembangunan infrastruktur seperti pasar grosir serta kampung batik juga belum mampu meningkatkan daya saing. Anugerah alam dengan kesuburan tanah juga tidak bisa mengantisipasi impor kapas dari China. Kondisi faktor yang sangat kurang diperparah dengan permintaan domestik. Ramainya permintaan batik hanya terjadi ketika musim-musim liburan terutama lebaran. Keberadaan industri pendukung terutama gondorukem serta kain mori seakan tidak bisa mempermudah pelaku UMKM batik Kabupaten Pekalongan dalam memperoleh bahan baku. Fakta yang memperkuat kesimpulan akan rendahnya daya saing pelaku UMKM batik Kabupaten Pekalongan adalah strategi perusahaan serta bentuk persaingan domestik yang terjadi. Strategi perusahaan dalam hal produksi serta pemasaran ditambah dengan persaingan yang kurang sehat berdampak pada kurangnya kualitas produk batik di Kabupaten Pekalongan. Sehingga wajar jika sebagian besar produk batik Kabupaten Pekalongan belum mampu muncul di pasar internasional. Rendahnya daya saing UMKM batik di Kabupaten Pekalongan memberikan gambaran bahwa kinerja pengembangan daya saing UMKM batik Kabupaten Pekalongan dalam menghadapi ACFTA masih rendah. Langkah-langkah yang telah dilakukan tidak bisa secara efektif meningkatkan daya saing UMKM batik Kabupaten Pekalongan. Kata Kunci : Kinerja, daya Saing UMKM batik Kabupaten Pekalongan, ACFTA

Kata Kunci : kinerja


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.