Laporkan Masalah

Tanpa Negara, Tanpa Kapitalis (Studi Dinamika Formasi dan Perjuangan Kelompok-Kelompok Anarkis di Indonesia Periode 1999-2010)

PUTRA, Ferdhi Fachrudin, --

2011 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Berbicara mengenai Anarkisme, sepertinya tidak lagi relevan bila mengorelasikannya secara langsung dengan kekerasan dan ketidakteraturan semata. Karena, nyatanya Anarkisme mempunyai esensi ideologis yang lebih mendalam. Anarkisme merupakan sebuah ideologi gerakan sosial yang menentang struktur kekuasaan hirarkis dan menolak segala bentuk eksploitasi manusia terhadap manusia lainnya. Anarkisme adalah sebuah ideologi politik yang muncul sejak paruh abad ke-19 yang kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan perlawanan menentang negara sebagai representasi struktur hirarkis, dan kaptalisme yang dianggap sebagai sumber penindasan, tak terkecuali di Indonesia. Studi ini coba mengungkap dinamika formasi dan perjuangan kelompok anarkis di Indonesia yang bisa digolongkan sebagai aktor baru dalam gerakan sosial di negeri ini. Penelitian dengan corak studi kasus ini, akan menggunakan metode oral history sebagai pisau untuk menggali fakta-fakta yang ada mengenai gerakan tersebut. Sebagai representasi, kelompok anarkis di Bandung dan Yogyakarta pada periode 1999-2010 menjadi objek penelitian ini. Karena, mereka bisa dianggap cukup relevan untuk memperlihatkan garis besar dinamika formasi kelompok anarkis di Indonesia. Pada 1999, dengan berbekal sedikit ide anarkisme, sekelompok anak muda dari sebuah komunitas punk di Bandung memutuskan untuk bergabung dengan sebuah partai berhaluan Kiri yang saat itu tengah naik daun, pasca keruntuhan Rezim Orde Baru, yakni Partai Rakyat Demokratik (PRD). Keinginan mereka untuk bisa ikut serta dalam ‘perubahan’ menuju tatanan masyarakat yang lebih baik, menjadi faktor utama. Keinginan itu pun dimanifestasikan dalam sebuah organisasi semi-formal yang disebut Front Anti Fasis (FAF), yang kemudian menjadi organisasi sayap bagi PRD. FAF kemudian menjaring individuindividu anarkis dari berbagai wilayah di Indonesia dan membentuk Jaringan Anti Fasis Nusantara (JAFNUS). Namun, di tengah aktivitasnya, FAF mengundurkan diri dari PRD. Alasannya: FAF kecewa karena PRD dinilai diskriminatif terhadap mereka yang ‘anarkis’. FAF dan JAFNUS pun membubarkan diri. Tetapi tidak berhenti di situ, para anarkis dan kelompok-kelompoknya mulai bermunculan. Beberapa diantaranya berada di Bandung dan Yogyakarta. Semangat mereka adalah untuk menumbuhkan gerakan yang sudah dibangun oleh FAF dan JAFNUS. Kelompok-kelompok kerja kecil yang di kalangan anarkis disebut sebagai afinitas mulai bermunculan dan melakukan aktivisme anarkisnya. Membumikan anarkisme lewat literatur alternatif, hingga solidaritas terhadap masyarakat marjinal yang direpresi negara dan kapital, menjadi fokus kerja dari afinitas-afinitas tersebut. Selama satu dekade, gerakan anarkisme di Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah internal organisasi. Pasang-surut, bubar-bentuk afinitas mewarnai perjuangan kelompok tersebut. Pun, masalah pendanaan organisasi yang menjadi hambatan cukup vital, mengingat para anarkis adalah mereka yang menentang sistem ekonomi mapan kapitalisme, sehingga secara langsung mereka tersingkir dari sistem dominan tersebut. Do It Yourself sebagai gagasan nilai perlawanan terhadap sistem ekonomi mapan pun belum bisa dilakukan karena keterbatasan skill individu-individu tersebut. Dengan berbagai hambatan perjuangan, ternyata anarkisme tetap bertahan dan afinitasafinitas baru mulai bermunculan. Bagaimana mungkin? Penyebab utamanya adalah anarkisme merupakan ide yang dibangun atas dasar kesadaran perlawanan, bukan indoktrinasi. Itulah yang membuat anarkisme terus bertahan dan berkembang hingga saat ini. Pasang-surut perjuangan kelompok anarkis, tidak membuat individu-individu terlena dan akhirnya menghilang. Bergerak secara individual dalam pikiran, menjadi aktivitas sederhana yang bisa dilakukan seorang anarkis ketika wadah aktivisme kolektif belum ada. Melihat dari konsistensi individu-individu tersebut, bukan tidak mungkin gerakan anarkisme akan bertahan lama dan menjadi sebuah gerakan alternatif yang besar dan memiliki peran signifikan dalam konstelasi politik di Indonesia. Selamat membaca.

Kata Kunci : Kekerasan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.