Laporkan Masalah

Politik Simbol: Legitimasi Kekuasaan Pemerintahan Orde Baru Dalam Monumen Yogya Kembali

RAHMAWAN, Galih Ananta , Sigit Pamungkas

2012 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Peneltian ini secara spesifik mengkaji tentang bekerjanya simbol di ranah politik. Alasan ini dilakukan untuk meningkatkan perhatian pembaca, bahwa mekanisme politik ada di mana saja!. Simbol tentunya bukan sebuah benda tanpa makna. Bukan tidak mungkin, benda-benda tersebut memiliki nilai, makna, dan pesan yang coba disampaikan kepada orang lain. Sehingga tidak mengerankan, simbol sering kali menjadi alat politik bagi siapa saja. Inilah yang kemudian dikembangkan oleh penulis dalam mengkaji sebuah simbol bernama Monumen Yogya Kembali. Tidak hanya berdiri sebagai sebuah simbol, monumen ini juga menyimpan koleksi-koleksi seputar perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Berangkat dari pertanyaan kunci: “Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Kekuasaaanya Melalui Simbol-Simbol Yang Berada Dalam Monument Yogya Kembali?”. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukan keterkaitan antara simbol dengan kekuasaan, beserta implikasinya. Selanjutnya penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode Fenomenologi. Dari penelitian ini penulis menemukan bukti bahwa mekanisme politik benar-benar ada di mana saja, termasuk dalam simbol Monumen Yogya Kembali. Monumen yang dibangun pada masa rezim Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto ini ternyata menyimpan sumber-sumber legitimasi yang ada di dalam simbol dan koleksinya. Secara garis besar sumbersumber legitimasi tersebut termanifestasi dalam dua spirit identitas rezim Orde Baru. Spirit tersebut yakni spirit Jawaisme dan Militerisme. Melalui dua spirit ini Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto berusaha untuk menyebarkan kekuasaannya. Monumen Yogya Kembali kemudian dapat dimaknai sebagai simbol kekuasaan Orde Baru yang cenderung Jawa sentris dan Militeris. Kedua spirit inilah yang kemudian bekerja untuk mempengaruhi alam pikir dan pengetahuan masyarakat dalam melihat sosok Orde Baru. Alhasil semua tindakan pemerintah yang baik ataupun salah, benar ataupun menyimpang dipercayai sebagai kenormalan dan untuk kebaikan semua. Doktrin-doktrin yang tersimpan dalam simbol Monumen Yogya Kembali ahirnya dapat mendulang legitimasi bagi rezim Orde Baru. Sehingga tidak berlebihan jika penulis menyebut sebuah idiom yang berbunyi: “Membicarakan Indonesia berarti membicarakan Soeharto. sementara membicarakan Soeharto, kita pun akan membicarakan spirit Jawaisme dan Militerisme yang telah menjadi basis identitas Soeharto”.

Kata Kunci : Politik Indonesia


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.