LENGGER WONOSOBO : SAKRAL DAN PROFAN
Galih Haru Garbo, Sunyoto Usman
2011 | Skripsi | SosiologiPenelitian ini berjudul Lengger Wonosobo (Sakral dan Profan). Penelitian ini merupakan kajian terhadap pemaknaan pementasan kesenian Tari Lengger sebagai kesenian rakyat di Dusun Giyanti. Tari Lengger hingga saat ini masih diminati oleh masyarakat pendukungnya dan dijadikan sebagai salah satu kesenian tradisional yang khas. Adanya perbedaan pementasan Tari Lengger dari dua paguyuban membuat penulis ingin tahu lebih banyak tentang Tari Lengger dan pemaknaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pemaknaan pementasan Tari Lengger di Dusun Giyanti dan bagaimana terjadinya pergeseran pemaknaan pementasan Tari Lengger saat ini. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut. Penulis menggunakan data primer melalui wawancara dan observasi, serta menggunakan data sekunder melalui literature dan dokumen yang terkait. Teori yang digunakan yaitu teori transformasi sosial Norbert Elias. Berdasarkan analisisnya Norbert Elias maka makna yang tersirat dari kesenian Tari Lengger ini yaitu adanya hubungan antara masyarakat dengan alam lingkungannya (interdependence). Terdapat tuntunan dalam pementasan Tari Lengger. Tuntunan tersebut dapat dilihat dari tata urutan pementasan yang di dalamnya tersirat sejarah dari Tari Lengger (figuration). Habitus yang muncul yaitu masyarakat memegang teguh adat dan kepercayaan yang ada termasuk kepercayaan akan makna yang terdapat dalam pementasan Tari Lengger. Terdapat konsep kuwalat, penyakit dan bencana dalam masyarakat jika tidak memenuhi adat dan peraturan yang ada, sehingga kesenian Tari Lengger ini dianggap sebagai kesenian yang sakral. Masuknya modernisasi dan semakin majunya tingkat pengetahuan masyarakat membuat bergesernya makna pementasan Tari Lengger. Interdepence yang muncul yaitu tersisihnya hubungan masyarakat dengan alam lingkungannya yang tergantikan dengan hubungan paguyuban dengan agen wisata dan sponsor. Figurasi yang muncul yaitu hilangnya tata urutan dalam pementasan Tari Lengger. Habitus yang muncul yaitu hilangnya kesakralan dari Tari Lengger karena hilangnya pengetahuan akan pemaknaan pementasan Tari Lengger. Makna itu mulai luntur dengan adanya perkembangan zaman dan pariwisata yang mulai didorong masuk ke dalam kesenian Tari Lengger. Masyarakat tidak lagi memikirkan makna dan tuntunan yang ada di dalamnya, namun sekedar hiburan semata. Paguyuban Rukun Putri Budaya inilah yang sudah murni menyuguhkan Tari Lengger sebagai hiburan semata. Pergeseran itu antara lain pada pergeseran bentuk tarian, iringan, kostum. Hal yang terpenting yaitu kesenian Tari Lengger ini tidak hilang seiring perkembangan zaman. Kata kunci: Tari Lengger
Kata Kunci : Kebudayaan; Seni Tari