Laporkan Masalah

SOSIOLOGI EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SARTRE (STUDI KONSEP INTERAKSI SOSIAL DALAM EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SARTRE)

WAHYU BUDI NUGROHO, Andreas Soeroso

2009 | Skripsi | Sosiologi

Skripsi terkait yang berjudul Sosiologi Eksistensialisme Jean Paul Sartre (Studi Konsep Interaksi Sosial dalam Eksistensialisme Jean Paul Sartre) merupakan sebentuk studi tokoh dan pemikiran yang disusun dengan menggunakan metode dokumentasi atau studi dokumenter. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan dapat terklasifikasikan dalam bentuk library research „studi kepustakaan‟ dan bersifat “historis faktual”. Eksistensialisme Jean Paul Sartre merupakan salah satu puncak pemikiran filsafat manusia di era kontemporer. Salah satu “cabang besar” filsafat Eropa tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu pemahaman, aliran atau ajaran yang meyakini bahwa “eksistensi mendahului esensi” di mana berbagai tema pokok yang diusung di dalamnya mencakup seputar eksistensi, individualisme, kebebasan, kesadaran, otentitas serta keterasingan. Dalam upaya melakukan kajian sosiologis yang sistematis dan komprehensif atas konsep interaksi sosial yang termuat dalam filsafat eksistensialisme Jean Paul Sartre, penelaahan terhadap konteks sosial internal maupun eksternal kelahiran filsafat terkait syarat disertakan. Melalui penelaahan tersebut, ditemui bahwa kelahiran filsafat eksistensialisme Sartre dilatarbelakangi oleh kehidupan tokoh terkait yang memang terkucil dan terasing dari pergaulan antar sesamanya, di samping, kontelasi tempat kelahirannya (Perancis) yang terlibat dalam berbagai kekejaman dan penderitaan selama Perang Dunia II berlangsung. Lebih jauh, ikhtiar Sartre dalam mengkonstruksi eksistensialisme, menempatkan arti penting fenomenologi sebagai “metode” yang digunakan dalam filsafatnya. Melalui epistemologi tersebutlah berbagai istilah dan definisi operasional layaknya etre en soi, etre pour soi, otentity, mauvaise foi, facticity dan lain sebagainya muncul kemudian. Dalam ranah pengkajian konsep interaksi sosial eksistensialisme Sarte, berbagai hal di atas pulalah yang nantinya memunculkan sebuah kesimpulan beruntun nan tragis bahwa, “Other is hell” (“Orang lain adalah neraka”), “Other is the causes of my falness” (“Orang lain adalah sebab kejatuhanku”) serta, “Man is useless passion” (“Manusia adalah hasrat kesia-siaan”). Di sisi lain, konsep interaksi sosial eksistensialisme Jean Paul Sartre dapat ditempatkan dalam klasifiaksi paradigma definisi sosial disiplin sosiologi. Suatu paradigma sebagaimana dinyatakan Ritzer, menolak pemahaman social realism, melainkan sekedar meyakini entitas individu berikut motif-motif yang dimilikinya sebagai satu-satunya fakta dan obyek studi. Lebih jauh, dalam tataran sosiologi, faktual konsep interaksi sosial eksistensialisme Sartre meradikalkan konsep nominalisme Weber, dyad-triad George Simmel, objektivasi Peter L. Berger serta dialektika interaksionisme simbolik George Herbert Mead. Pun di atas, konsep interaksi sosial eksistensialisme Jean Paul Sartre menemui praksis dan relevansinya di era kontemporer. Mahzab pemikiran tersebut setidaknya memiliki kualifikasi sebagai metode “penemuan proyek diri” (kesadaran diri), sebentuk terapi guna mengatasi batasan-batasan mental manusia serta memiliki potensi pula dalam merevisi kebuntuan Frankfurt Schule terkait one dimensional society sebagaimana dicetuskan Herbert Marcuse. Namun demikian, filsafat sosial eksistensialisme Jean Paul Sartre pun tak luput dari kritik baik secara langsung maupun tak langsung terhadapnya. Beberapa kritik yang mewarnai konsep interaksi sosial eksistensialisme Jean Paul Sartre antara lain hadir melalui Thomas Aquinas, Count Joseph de Maistre, Muhammad Iqbal serta Ali Syariati. Last but not least, “Selamat menjelajahi rimba pesona eksistensialisme Sartre, jangan biarkan filsafat ini meninggalkan Anda...” (Salam hangat penulis, Wahyu BN.)

Kata Kunci : Sosiologi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.