“OTONOMI AKTOR TEATER” DALAM BEREKSPRESI Studi Tentang Pola Kepemimpinan dan Kebebasan Berekspresi di dalam Kelompok Teater Garasi
Ajeng Pakerti, Purwanto
2009 | Skripsi | SosiologiPenelitian dengan judul “OTONOMI AKTOR TEATER” DALAM BEREKSPRESI : Studi Tentang Pola Kepemimpinan dan Kebebasan Berekspresi di dalam Kelompok Teater Garasi merupakan sebuah wacana deskriptif dalam memaknai proses demokrasi di dalam kelompok teater. Keberadaan kelompok teater modern di Indonesia yang tidak dapat dilepaskan dari dominasi figure central terhadap kerja kreatif kelompok teater merupakan fenomena yang layak dikaji. Hal ini dikarenakan teater sebagai wadah berekspresi, menyampaikan ide dan gagasan kreatif bagi para anggotanya untuk ditransformasikan menjadi karya pertunjukan. Fungsi ini menjadi mandul tatkala figure central mendominasi kerja kreatif tersebut. Subjek dari penelitian ini adalah kelompok Teater Garasi di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pola kepemimpinan dalam proses demokrasi di dalam kelompok teater dan strategi yang dilakukan oleh kelompok teater untuk terlepas dari dominasi figure central. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus dan melakukan pendekatan dengan mempelajari, menerangkan dan mengintepretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa intervensi dari luar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara mendalam dengan membuat kunjungan lapangan terhadap subjek studi kasus (Teater Garasi) pada saat berlangsungnya sesi latihan, sesi diskusi, dan pementasan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive untuk menentukan informan dengan sengaja memilih informan berdasarkan tujuan tertentu demi mendukung proses penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua kelompok teater modern terjebak dalam dominasi figure central, kelompok Teater Garasi dengan pola kepemimpinan yang demokratis ternyata mampu keluar dari dominasi figure central. Selain itu otonomi keaktoran merupakan solusi yang tepat bagi kelompok ini untuk memerdekakan aktor dari hegemoni dan dominasi figure central. Pola kepemimpinan yang demokratis disertai dengan perubahan struktur organisasi kelompok menjadi lebih terbuka dengan menambahkan peran artist collective sebagai pemegang keputusan tertinggi di dalam struktur organisasi kelompok. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Weber bahwa struktur sosial atau sistem budaya tidak dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang berada secara terlepas dari individu yang terlibat didalamnya. Weber menekankan konsep individu dan arti subjektif dalam tindakan yang dilakukan oleh manusia karena manusia dianggap sebagai individu yang memiliki roh akal budi yang bersifat universal dan sedang direalisasikan terus-menerus dalam kemajuan sejarah. Oleh karena itulah kesadaran akan peran individu di dalam kelompok teater menjadi faktor penting bagi kelompok teater untuk bangkit dari keterpurukannya selama ini karena adanya dominasi figure central. Sehingga kelompok teater dapat memproduksi karya pertunjukan yang memiliki nilai seni yang berkualitas dan menjadi wadah berekspresi bagi para anggotanya. Kata Kunci : Kelompok teater, dominasi figure central, pola kepemimpinan, kebebasan berekspresi
Kata Kunci : Seni