Laporkan Masalah

Strategi Survive Pedagang Asongan Dan pedagang Kios Di Taman Wista Candi Borobudur

DINI LISTIYANINGSIH, Suharman

2009 | Skripsi | Sosiologi

Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Pariwisata tetap mampu bertahan dimana terjadi kelesuan perdagangan komoditas. Data perkembangan pariwisata dunia menunjukkan bahwa pada saat terjadinya krisis minyak tahun 1970- an, maupun pada saat terjadinya resesi dunia pada awal tahun 1980-an, pariwisata dunia tetap melaju, baik dilihat dari jumlah wisatawan internasional maupun penerimaan devisa dari sektor pariwisata ini. Perkembangan sektor pariwisata juga terjadi di Indonesia. Sektor pariwisata memiliki keunggulan dibandingkan sektor-sektor lain misalnya sektor pariwisata tidak begitu terpengaruh gejolak ekonomi dunia dan juga sektor pariwisata dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah. Oleh karena itu sektor pariswisata dijadikan sebagai sektor andalan. Kemudian pemerintah menetapkan Undang-Undang No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan. Peran pariwisata dalam perekonomian sudah tidak diragukan lagi karena pariwisata telah menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Salah satu contoh peran pariwisata sebagai penggerak ekonomi rakyat (economic generator) yaitu sektor pariwisata dapat meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Sejalan dengan berlakunya UU No 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU No 32 tahun 2004, pemerintah daerah lebih mempunyai wewenang untuk mengelola sumber-sumber keuangan daerah. Pemerintah daerah tingkat II kabupaten Magelang menempatkan potensi sumber daya alam termasuk salah satu sektor yang dinilai mampu meningkatkan PAD ataupun kesejahteraan masyarakat di daerah. Salah satu obyek wisata di Kabupaten Magelang adalah Taman Wisata Candi Borobudur. Keberadaan Candi Borobudur sebagai objek wisata secara otomatis akan menggerakkan ekonomi masyarakat antara lain dengan terciptanya lapangan kerja atau lapangan usaha. Banyak lapangan kerja yang tercipta dengan adanya Taman Wisata ini, salah satu lapangan kerja yang tercipta yaitu berdagang. Saat ini lapangan kerja sangatlah sempit sehingga muncul pengangguran yang sangat banyak. Dengan fakta seperti sehingga apabila ada satu peluang kerja maka banyak orang akan memanfaatkan kesempatan tersebut. Hal ini juga terjadi di taman Wisata Candi Borobudur dimana di taman wisata ini tercipta peluang kerja yaitu berdagang. Dengan adanya kesempatan berdagang maka banyak orang berdagang di tempat ini. Di Taman Wisata Candi Borobudur ini ada 2 macam pedagang yaitu pedagang asongan dan pedagang kios. Kedua pedagang tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan muncul persaingan di antara kedua pedagang tersebut. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk persaingan antar pedagang di Taman Wisata Candi Borobudur dan mengetahui strategi bertahan hidup pedagang, baik pedagang kios maupun pedagang asongan di tengah persaingan yang ketat antar pedagang. Pedagang asongan dan pedagang kios di Taman Wisata Candi Borobudur memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik pedagang asongan antara lain mengejar (run) sedangkan pedagang kios memiliki karakteristik menunggu (wait). Modal yang dibutuhkan pedagang kios lebih besar daripada pedagang asongan sehingga ada pedagang kios yang meminjam modal dari bank dan ada pula yang menggunakan modal sendiri, sedangkan pedagng asongan biasanya menggunakan modal sendiri karena modal yang dibutuhkan pedagang asongan relatif kecil. Tempat berjualan pedagang kios juga berbeda, pedagang asongan tidak memiliki tempat berjualan yang menetap, sedangkan pedagang kios memiliki tempat berjualan yang menetap yaitu berupa kios yang telah disediakan oleh pihak pengelola Taman Wisata Candi Borobudur. Ijin berdagang pedagang asongan dan pedagang kios juga berbeda yaitu pedagang kios diberi ijin oleh pihak pengelola Taman Wisata Candi Borobudur dan diwajibkan membayar sewa sedangkan pedagang asongan diberi ijin dengan KIB (Kartu Ijin Berusaha) dan sampai saat ini pedagang asongan tidak dipungut sewa. Bentuk persaingan antara pedagang asongan dan pedagang kios yaitu persaingan kualitas (quality), persaingan harga (price) dan persaingan pelayanan (service). Dalam persaingan perdagangan, kualitas produk, harga dan juga pelayanan merupakan hal yang paling diutamakan. Persaingan kualitas (quality), dapat dilihat dari Pedagang asongan yang menjual souvenir (misalnya baju batik) biasanya hanya menjual yang kualitasnya biasa dan hanya sedikit pilihannya, sedangkan Pedagang kios menjual berbagai macam barang mulai dari kualitas biasa sampai bagus dan variatif. Persaingan harga (price) dapat dilihat dari Pedagang asongan yang berjualan ada yang tetap menggunakan sistem tawar menawar dan relatif lebih murah, sedangkan pedagang kios yang menjual makanan menggunakan harga pas dan relatif lebih mahal. persaingan pelayanan (service) dapat dilihat dari pelayanan pedagang asongan kurang memuaskan pembeli karena cenderung mengejar pembeli, sedangkan pelayanan pedagang kios lebih memuaskan pembeli, misalnya tetap ramah kepada wisatawan walaupun wisatawan tersebut pada akhirnya tidak jadi membeli di kios tersebut. Dengan adanya persaingan antara pedagang asongan dan pedagang kios maka hal yang harus dilakukan adalah bagaimana untuk tetap dapat survive. Masingmasing pedagang memiliki strategi atau cara-cara tertentu. Strategi positif yang dilakukan oleh pedagang asongan yaitu antara lain berusaha memenuhi apa yang diinginkan oleh konsumen (pembeli). Walaupun barang dagangan yang dibawa oleh pedagang asongan hanya sedikit tetapi apabila pembeli menginginkan produk lain yang tidak dijualnya maka pedagang tersebut akan mencarikan barang yang diinginkan oleh pembeli kepada pedagang lain. Pedagang asongan juga menggunakan sistem tawar menawar dalam berdagang sehingga dengan sistem tawar menawar akan mempermudah pedagang untuk mendapatkan keuntungan (uang). Selain strategi yang positif, pedagang asongan juga memiliki strategi yang kurang baik atau negatif antara lain pedagang asongan memiliki cara yaitu dengan adanya pembagian waktu berjualan, walaupun pedagang asongan sering melanggar peraturan tersebut karena masalah ekonomi. Mereka melanggar peraturan pembagian waktu berjualan. Mereka tetap berjualan walaupun pada saat itu, bukan jadwal mereka untuk berjualan. Pedagang asongan juga menggunakan cara-cara yang kurang baik yaitu mengejar para wisatawan agar wisatawan tersebut membeli barang dagangnnya. Selain mengejar wisatawan untuk menawarkan barang dagangan mereka juga mengejar wisatawan hingga menerobos batas yang telah ditentukan oleh pengelola taman wisata hingga masuk ke area pedagang kios. Cara-cara pedagang asongan yang kurang baik seperti menerobos batas dan mengejar wisatawan tersebut membuat wisatawan yang tidak nyaman dan juga pedagang kios merasa tersaingi karena pedagang asongan masuk ke wilayah pedagang kios yang seharusnya tidak diperbolehkan oleh pihak pengelola taman wisata. Pedagang kios juga memiliki strategi tertentu untuk dapat survive dalam persaingan yaitu dengan cara memberikan pelayanan (service) yang baik dan memuaskan kepada pembeli, pedagang kios menyediakan produk yang variatif, menyediakan barang dagangan yang banyak, memberikan kartu nama kepada pembeli, menjaga kebersihan dan kelengkapan tempat berdagang. Untuk mengatasi persaingan yang semakin ketat antar pedagang, pihak pengelola Taman Wisata Candi Borobudur juga membantu untuk mengatur persaingan antar pedagang yaitu dengan cara membantu membentuk koperasi gunadharma untuk pedagang asongan dan melakukan pengaturan pintu keluar Taman Wisata Candi Borobudur untuk pedagang kios. Selain itu, untuk tetap dapat bertahan hidup, sebagian pedagang memiliki pekerjaan sampingan. Hal tersebut dilakukan agar mereka mendapatkan penghasilan lain selain berdagang di Taman Wisata Candi Borobudur yang pengunjungnya bersifat musiman. Masing-masing pedagang harus memiliki strategi yaitu bagi pedagang asongan dengan strategi berusaha menyediakan produk yang dibutuhkan oleh pembeli, menggunakan sistem tawar menawar, pembagian waktu berjualan, strategi mengejar dan “memaksa” pembeli, dan juga menerobos batas untuk menghadapi persaingan. Sedangkan strategi yang diterapkan pedagang kios seperti memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen, memberikan kartu nama kepada pembeli, menjaga kebersihan dan kelengkapan tempat berdagang, produk yang ditawarkan bervariasi dan persediaan barang yang banyak. Strategi-strategi tersebut merupakan wujud dari penyesuaian diri (adaptation) karena adanya persaingan yang ketat antar pedagang asongan dan pedagang kios. Dengan adanya persaingan (competition) maka akan merangsang timbulnya penyesuaian (adaptasi) dari suatu tujuan. Mereka berusaha untuk menyesuaikan diri agar apa yang menjadi tujuannya (goal) dapat tercapai. Mereka menggunakan berbagai cara untuk pencapaian tujuan, baik cara-cara yang baik maupun cara-cara (strategi-strategi) yang kurang baik. Strategi tersebut dilakukan agar mereka tetap dapat eksis dalam persaingan perdagangan.

Kata Kunci : Pedagang


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.