Laporkan Masalah

“Jurnalisme Presisi tentang Keistimewaan DIY” (Analisis Deskriptif terhadap Praktik Jurnalisme Presisi yang Dilakukan oleh Harian Kompas Biro Yogyakarta dalam Kolom Indikator tentang Keistimewaan

INTANIA P, Nunung Prajarto

2009 | Skripsi | Ilmu Komunikasi

ABSTRAKSI Jurnalisme presisi, sebuah bentuk jurnalisme dengan menggunakan caracara penelitian sosial untuk menghimpun fakta-fakta yang ada di lapangan dan mengolahnya untuk menjadi sebuah berita. Singkatnya, jurnalisme presisi adalah jurnalisme dengan menggunakan angka, atau kuantitatif. Dengan demikian, sama halnya dengan penelitian kuantitatif, prinsip-prinsip yang dikedepankan oleh jurnalisme presisi adalah akurasi, obyektivitas, serta kemampuan untuk menyuarakan apa yang ada dalam pikiran masyarakat umum (melalui responden). Penelitian ini difokuskan pada praktik jurnalisme presisi yang dilakukan oleh Kompas biro Yogyakarta untuk menyoroti segala permasalahan yang menyangkut keistimewaan Yogyakarta. Kompas merupakan surat kabar di Indonesia yang cukup banyak mempraktikkan jurnalisme ini dan ia juga intens melakukan pemberitaan tentang keistimewaan Yogyakarta. Sementara itu, keistimewaan Yogyakarta menjadi batasan dalam melihat praktik jurnalisme presisi yang dilakukan oleh Kompas. Keistimewaan Yogyakarta adalah isu lokal yang menyangkut banyak aspek, dari ekonomi, politik, sosial, hingga kebudayaan. Karena itu, dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana jurnalisme presisi melihat keistimewaan Yogyakarta dari aspek-aspek itu, terutama dari pandangan masyarakat umum yang terimbas langsung dengan masa depan keistimewaan ini. Adapun perdebatan tentang masa depan keistimewaan Yogyakarta antara lain tentang masalah kepemimpinan, penggunaan tanah keraton, perumusan Rancangan Undang-undang Keistimewaan, masalah demokrasi dan politik lokal, serta tentang istilah istimewa itu sendiri. Secara umum, penggunaan jurnalisme presisi yang dilakukan oleh Kompas layak diapresiasi karena kontinyuitasnya. Sayang, prinsip-prinsip yang dikedepankan oleh jurnalisme presisi justru kurang terlihat dalam praktik yang dilakukan oleh Kompas. Hal ini terutama karena masalah biaya dan kemampuan menggunakan metode kuantitatif. Prinsip obyektivitas dikalahkan oleh kelemahan metode yang digunakan dan pemilihan responden yang bias kelas sosial, pendidikan, dan wilayah. Sedangkan kemampuan menyuarakan pendapat masyarakat umum gugur ketika Kompas memilih cara termudah untuk mengumpulkan data. Yaitu dengan menggunakan telepon, sehingga masyarakat di sini adalah mereka yang memiliki telepon. Dan seringkali pemilik telepon bukan sasaran dari permasalahan yang diangkat.

Kata Kunci : Jurnalisme


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.