EFEK IKLAN POLITIK DI TELEVISI
Ina Nur Ratriyana,
2009 | Skripsi | Ilmu KomunikasiIklan politik merupakan sebuah sarana sosialisasi dari kehidupan perpolitikan. Sebuah sarana yang tidak bisa dibilang baru di Indonesia namun yang jelas merupakan wacana yang sedang berkembang. Apakah hal ini merupakan sebuah langkah baru dalam inovasi dunia perpolitikan di Indonesia? Bisa dibilang ya, karena walaupun banyak sekali terjadi pro dan kontra tentang penting atau tidaknya iklan politik bagi masyakarakat, penelitian ini sendiri membuktikan bahwa masyarakat memang membutuhkan iklan politik sebagai sarana pengetahuan mereka akan perkembangan politik, termasuk diantaranya partai politik dan kandidat. Terpaan iklan politik merupakan sesuatu hal yang coba dioptimalkan oleh partai dan kandidat selama ini. Dan hal itu jelas merupakan sesuatu yang memberi pengaruh bagi masyarakat baik secara positif maupun negatif. Karena bagaimanapun tiap-tiap individu memiliki perspektif dan cara berfikir yang berbeda-beda sehingga hasil dari terpaan iklan politik sendiri bisa menimbulkan efek yang beragam di kalangan masyarakat. Namun secara keseluruhan, ternyata terpaan iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan politik pemilih. Terpaan iklan politik Partai Gerindra berpengaruh secara signifikan terhadap: 1. Pilihan politik kelompok kontrol 2. Pilihan politik kelompok eksperimen 3. Tingkat kognitif 4. Tingkat afektif Terpaan iklan politik Partai Gerindra ternyata memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kelompok kontrol, yakni kelompok yang tidak diberikan informasi (treatment) terlebih dahulu, dibandingkan kelompok eksperimen atau kelompok yang diberi informasi berupaka iklan televisi Partai Gerindra. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat yang menonton iklan politik dalam televisi sekilas dan menangkap pesan yang dimaksud sekali pandang sehingga memberikan pengaruh yang cukup positif bagi mereka. Sedangkan bagi para pemilih yang berada dalam kelompok eksperimen menjadi lebih kritis dan berfikir ulang tentang Partai Gerindra ketika menonton ulang tayangan iklan lebih mendetail. Mereka banyak berkomentar dan kemudian mengeluarkan pendapat mereka sendiri tentang Partai Gerindra dan kandidatnya yakni Prabowo Subianto. Latar belakang Prabowo yang terkait dengan mantan presiden Soeharto membawa dampak kurang baik bagi image-nya di mata masyarakat, sedangkan Partai Gerindra sendiri dianggap masih baru sehingga kurang bisa dipercaya untuk membawa negeri ini. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan untuk memilih partai dan kandidat ini disamping pesan politik yang dianggap menarik dan lain daripada yang lain sehingga mengurangi pengaruh terpaan iklan politik Partai Gerindra terhadap pilihan politik pemilih dalam kelompok eksperimen. Ditilik dari segi kognitif atau pengetahuan, jelas iklan politik merupakan terobosan baru untuk hal itu. Dari 33 jumlah provinsi di Indonesia dan kemungkinan masih terus akan berkembang, sungguh tidak mungkin setiap partai ataupun kandidat dari pusat melongok satu demi satu dapur masyarakat untuk memberitahukan apa saja visi dan misi mereka demi kesejahteraan di masa depan. Melalui media televisi yang merupakan media elektronik paling menjangkau dan paling banyak ditonton oleh masyarakat di Indonesia, jelas iklan politik, terutama yang melalui media televisi, merupakan sesuatu hal yang sangat efektif. Karena hanya dengan berada di depan televisi, masyarakat bisa mengetahui seperti apa wajah partai dan kandidat yang akan memimpin bangsa Indonesia nanti. Mereka bisa melihat apa saja yang ditawarkan dan kemudian mereka bisa mengevaluasinya setelah itu. Menilik dari segi afektif, masyarakat lah yang kemudian bisa menentukan pendapatnya masing-masing. Baik atau buruk partai dan kandidat itu di mata mereka dengan berbagai segi latar belakang yang sudah mereka simpan sebagai bahan informasi. Sebagus apapun iklan yang ditampilkan, sebaik apapun kesan yang ditimbulkan, namun masyarakat akan mengolah semua informasi dan mencocokkannya dengan kondisi saat ini. Apakah iklan itu merupakan sesuatu yang dibuat-buat, terlalu dibuat-buat ataukah memang sebenarnya? Tiap individu masyarakat bisa menilai itu melalui kaca mata mereka sendiri dan kemudian mereka akan memutuskan percaya atau tidak akan hal itu. Sedangkan dari segi tindakan atau behavior, itu tergantung dari informasi dan bagaimana mereka mengelola pesan. Bisa dilihat dari kasus Partai Gerindra dan Prabowo Subianto, bahwa sebagus apapun mereka mengelola pesan dan image akan kandidat dan partai, ternyata tidak banyak orang yang menganggap partai dan kandidat ini baik, tidak banyak pula yang mau memilih partai ini dalam pemilu. Hal ini dikarenakan banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk memilih, bukan hanya sekedar iklan, termasuk juga latar belakang dan track record partai dan kandidat yang ditawarkan. Penelitian ini juga menunjukkan jumlah swing voters yang masih mendominasi kancah perpolitikan menjelang pemilu 2009. Masyarakat memang cenderung masih berfikir, manakah yang dianggap paling baik bagi masa depan mereka. Pada detik-detik akhir menjelang pemilu, masyarakat sebagai pemilih akan menimbang-nimbang, mana yang pantas dan mampu memimpin. Bahkan ada yang baru menentukan saat sudah berada di dalam bilik pemilihan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum genta pemilu dimulai, masih ada begitu banyak kesempatan bagi partai dan kandidat untuk mengubah pemikiran masyarakat. Selain itu, segi demografis dan loyalitas partai tidak bisa dilupakan begitu saja. Memang apabila berdiri sendiri, karakteristik demografis yang terdiri dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan politik. Sedangkan untuk tingkat loyalitas partai, kondisi sosial lah yang paling berpengaruh di sini dan merupakan satu-satunya variabel dalam loyalitas partai yang berpengaruh terhadap pilihan politik masyarakat. Ternyata eksistensi partai dan kandidat dalam melakukan kegiatan sosial seperti bazaar, donor darah, sembako murah ataupun kegiatan lainnya yang bersifat langsung kepada masyarakat ternyata memberi efek yang cukup kuat terhadap masyarakat. Mungkin hal inilah yang juga harus dipertimbangkan lagi oleh partai dan kandidat yang selama ini terkesan eksklusif dan tidak mau turun langsung ke bawah. Inilah saatnya untuk membuat perubahan akan sikap masyakarat terhadap partai dan kandidat yakni dengan memberikan kesan secara langsung yang mampu meningkatkan kesan positif terhadap mereka. Namun untuk dapat memberi pengaruh yang besar pada masyarakat harus diimbangi latar belakang yang positif baik dari partai dan kandidat sehingga tidak merusak kepercayaan masyarakat. Masyarakat pun bisa mengolah tiap informasi yang mereka dapat sehingga disini posisi masyarakat adalah sebagai reader yang tidak hanya menangkap pesan sebagaimana yang diinginkan pemberi pesan namun juga mengolahnya berdasarkan pengalama dan pengetahuan yang mereka miliki walaupun hasilnya jelas akan berbeda pada tiap orang berdasarkan pada karakteristik masing-masing.
Kata Kunci : Iklan, Televisi