Pembangunan dan Marginalisasi Budaya Betawi dalam Komunitas Perkampungan di Kawasan Condet
FARDELA, Rizman, Rizman Fardela
2008 | Skripsi | SosiologiMasyarakat Betawi sebagai suku asli yang lahir, tumbuh, besar dan berkembang di kota Jakarta, saat ini justru kedudukannya semakin termarjinalkan. Untuk mencegah hal itu, Pada tahun 1974 Pemerintah DKI Jakarta membuat sebuah kebijakan melalui SK Gubernur No : D.IV.- 115/e/3/1974. Condet dengan luas 18.228 hektare, ditetapkan sebagai wilayah yang dikembangkan secara terbatas. Kemudian pada tahun 1984, Kampung Condet ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya Betawi melalui SK Gubernur No: 2928 tahun 1984.Namun, kenyataan yang ada pada saat ini adalah bahwa perkampungan budaya betawi di Condet sudah tinggal kenangan saja. Sebenarnya faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan masyarakat yang tinggal di Condet tidak mampu mempertahankan keberlangsungan Perkampungan Budaya Betawi di daerah mereka dan bagaimana faktor-faktor eksternal dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial di dalam komunitas perkampungan di kawasan Condet. Hal inilah yang selanjutnya menjadi persoalan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Sesuai dengan latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif. Sementara tekhnik pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Kemudian data dalam penelitian ini akan diolah melalui beberapa tahap, yakni : reduksi data, pengorganisasian data, dan interpretasi.Berdasarkan data-data yang diperoleh dilapangan, maka ada beberapa hal yang berhasil dieksplorasi dalam penelitian ini. Hilangnya Perkampungan Budaya Betawi di kawasan Condet disebabkan oleh maraknya penjualan tanah yang dilakukan oleh penduduk asli Condet untuk memenuhi kebutuhan ekonomi serta telah memudarnya modal sosial pada masyarakat Condet. Sikap pragmatis tersebut muncul akibat modernisasi dan pembangunan yang kapitalistik disekitar wilayah Condet. Faktor ekonomi, politik pembangunan, dan budaya telah mempengaruhi terjadinya perubahan sosial dalam komunitas perkampungan di kawasan Condet. Pembangunan pariwisata (dalam hal ini Cagar Budaya Betawi) yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah pun lebih merupakan suatu komodifikasi budaya lokal dan bukan suatu proteksi yang secara tidak langsung juga ikut andil dalam memarjinalkan masyarakat Betawi. Namun, masyarakat asli Condet tidak tinggal diam, mereka mencoba melakukan perlawanan dan berupaya untuk tetap bertahan agar mereka tidak semakin terpinggirkan. Meski kebijakan pembangunan yang ada semakin mempersempit ruang mereka.
Kata Kunci : Pembangunan; Budaya