Fenomena Pria Metroseksual (Studi tentang Pengaruh Tingkat Status Ekonomi, Intensitas Komunikasi, Simbol Status dan daya Tarik Penampilan di Kalangan Pria terhadap Pemnafaatan Jasa Perawatan Tubuh)
KUSUMASTUTI, Rr. Widyahayu Warmmeswara, R.R. Widyahayu Warmmeswara Kusumastuti
2008 | Skripsi | SosiologiIstilah metroseksual pertama kali diperkenalkan olehpenulis Inggris, Mark Simpson. Beliau mendefinisikan priametroseksual sebagai laki-laki yang cinta setengah mati tak hanya pada dirinya sendiri tetapi juga gaya hidup kota besar yang dijalaninya. Survei Euro RSCG dan MarkPlus&Co membuktikan bahwa pria metroseksual berasal dari kalangan menengah keatas dan hidup di kota metropolis. Pria metroseksual juga senang bersosialisasi dan sangat memperhatikan penampilan. Karena tuntutan untuk merawat badan tidak mampu lagi ditangani sendiri, maka pria metroseksual menggunakan jasa perawatan tubuh untuk merawat tubuh. Oleh karena itu, penelitian ini meneliti pengaruh tingkat status sosial ekonomi, yang diikuti oleh pengaruh intensitas komunikasi, simbol status dan daya tarik penampilan pada pemanfaatan jasa perawatan tubuh. Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta, karena kota Yogyakarta merupakan kota metropolis yang merupakan tempat berkembangnya pria metroseksual. Analisis dilakukan dengan menggunakan Chi Square, korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama tingkat sosial ekonomi, intensitas komunikasi, simbol status, dan daya tarik penampilan mempengaruhi pemanfaatan jasa perawatan tubuh. Akan tetapi, hanya daya tarik penampilan yang signifikan mempengaruhi pemanfaatan jasa perawatan tubuh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pria metroseksual adalah pria yang sangat memperhatikan penampilan.
Kata Kunci : Gaya Hidup; Pria Metroseksual