Laporkan Masalah

Strategi Sama dari Proses Berbeda: Analisis Gaya Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Soeharto

AMANDA, Asnal, Asnal Amanda

2007 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Salah satu gong perubahan yang cukup siginifikan dalam demokratisasi di Indonesia sejak runtuhnya Orde Baru yaitu dengan diterapakannya mekanisme pemilihan presiden secara langsung pada Pemilu tahun 2004 kemarin. Tentunya dengan diterapkan pemilihan presiden secara langsung ini akan mampu menghasilkan seorang pemimpin yang demokratis. Adalah Susilo Bambang Yudohono (SBY) yang keluar sebagai pemenang pada pemilihan presiden tahun 2004 tersebut. Kemudian setelah beberapa tahun SBY memimpin bangsa ini ia memperlihatkan gaya kepemimpinan yang relatif mirip dengan seorang pemimpin yang dijatuhkan ramai-ramai oleh masyarakat Indonesia sebelumnya yaitu pemimpin rezim Orde Baru Soeharto. Padahal, jika dibandingkan awal naiknya kedua tokoh tersebut menjadi presiden, adalah melalui mekanisme politik yang berbeda. Soeharto naik melalui proses ”kudeta merangkak” sedangkan SBY naik melalui proses standar yang sama dengan negara-negara demokrasi maju, yaitu pemilihan langsung. Oleh karena itu, studi ini mencoba membandingkan gaya kepemimpinan kedua tokoh dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan bantuan data-data sekunder. Pada Studi ini, pembahasan akan lebi difokuskan pada bagaimana strategi yang digunakan oleh kedua pemimpin dalam mempengaruhi masyarakat. Yaitu bagaimana pemimpin tersebut menampilkan dirinya atau mencitrakan dirinya di depan publik, sehingga publik simpati kepada pemimpin tersebut dan memberikan loyalitasnya kepada sang pemimpin. Dari studi ini ditemukan bahwa gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh SBY relatif mirip dengan gaya kepemimpinan Soeharto. Adanya kemiripan diantara dua tokoh tersebut tidak lepas dari proses pendidikan atau pembelajaran yang dialaminya. Sehingga kedua tokoh tersebut memiliki idealitas yang relatif mirip tentang bagaimana seorang pemimpin (presiden) itu mempengaruhi masyarakatnya. Kemudian di setiap masyarakat, selalu memiliki persepsi tentang bagaimana seorang pemimpin yang baik atau yang ideal. Sehingga dalam setiap pemilihan atau penunjukan seorang pemimpin, secara sadar atau pun tidak, masyarakat akan cenderung menuju atau memilih pemimpin yang sesuai dengan persepsi mereka tentang pemimpin yang baik itu. Hal ini tentunya terlepas dari apakah pemimpin tersebut demokratis atau tidak. Penilaian bagaimana baik dan buruk disinilah yang erat hubungannya dengan budaya masyarakat itu. Sehingga, munculnya sesosok pemimpin yang mirip pada pemilihan presiden langsung 2004 kemarin dengan penguasa pada masa Orde Baru menunjukkan adanya singkronisasi antara idealitas yang dimiliki oleh kedua tokoh tersebut dengan persepsi masyarakat terhadap figur pemimpin yang ideal

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan; SBY; Soeharto


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.