Laporkan Masalah

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL DI PKBM MATTIROWALIE KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. ISMAIL LUKMAN, Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si.

2017 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

PKBM Mattirowalie merupakan PKBM terbaik di Sulawesi Selatan dan termasuk PKBM percontohan dalam hal pemberdayaan masyarakat oleh Kemendikbud. Atas dasar itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh PKBM Mattirowalie sehingga dapat dikategorikan memberdayakan atau tidak. Kajian ini menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat, pendidikan nonformal, dan proses pemberdayaan melalui pendidikan nonformal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian berlokasi di desa Bojo Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis dengan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil analisis data kemudian diuji keabsahannya menggunakan triangulasi teori dan triangulasi data/sumber. Hasil dari penelitian ini, yaitu: Pertama. Tahap penyadaran tidak dilakukan oleh pihak PKBM Mattirowalie. Penyelenggara PKBM langsung mendata dan memanggil masyarakat untuk bergabung dan mengikuti program pemberdayaan. PKBM tidak melakukan dialog untuk mendengar atau mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat, masyarakat dan perangkat desa tidak dilibatkan dalam merencanakan program. Kedua. Tahap transformasi pengetahuan, Terdapat bebagai macam program pemberdayaan, yaitu program tata rias, menjahit, olahan limbah, Pembuatan abon ikan, dan tata boga. Materi/bahan pembelajaran tidak semuanya bersifat potensi lokal. Pelaksanaan pembelajaran atau pelatihan bersifat partisipatif sehingga masyarakat turut aktif dalam pembelajaran, dan jadwal pembelajaran ditentukan sendiri oleh warga belajar. Ketiga. Tahap peningkatan pengetahuan untuk kemandirian masyarakat, warga belajar belum mandiri karena tidak semua warga belajar dapat memanfaatkan dan mengembangkan setiap keterampilan. Akan tetapi, terjadi perbaikan pendidikan dan perbaikan tindakan. PKBM Mattirowalie belum melakukan pemberdayaan secara tuntas karena hanya melakukan tahap transformasi pengetahuan. Penyelenggara PKBM memaknai pemberdayaan masyarakat sama dengan pengembangan kapasitas, padahal tidak demikian karena pengembangan kapasitas hanya bagian dari proses pemberdayaan masyarakat. Geliat pemberdayaan hanya terlihat pada adanya kegiatan-kegiatan yang diikuti oleh PKBM seperti hari jadi, pameran, kunjungan, kedatangan tamu, dan kegiatan atau perlombaan lain karena pada saat itu masyarakat baru aktif membuat berbagai hal seperti souvenir, pernak pernik, produksi makanan, dan sebagainya. Outlet PKBM tidak beroperasi atau terbuka setiap harinya.

CLC Mattirowalie is the best PKBM in South Sulawesi and the pilot CLC in terms of community empowerment by Kemendikbud. On that basis, this study aims to determine the empowerment process undertaken by CLC Mattirowalie so can be categorized as empower or not. This study applied concepts of community empowerment, non-formal education, and empowerment processes through non-formal education. This research applied qualitative method with descriptive research type. The study was in Bojo Village, Mallusetasi District, Barru Regency, South Sulawesi Province. Data collection techniques were observation, interviews, and documentation. After the data were collected, an analysis was performed with Miles and Huberman interactive models. The result of data analysis will be tested the validity using triangulation of theory and triangulation of data / source. The results of this study, firstly shows that Awareness stage is not done by CLC Mattirowalie. CLC organizers directly record and involve the community to join and follow the empowerment program. CLC does not engage in dialogue to listen or identify problems and community needs, community and village apparatus not being involved in program planning. Secondly, stage transformation of knowledge that has various empowerment programs such as makeup programs, sewing, waste processing, making fish shredded, and culinary. Materials / learning materials are partially local potential. Implementation of learning or training is participatory in nature so the community actively participates in the lesson, and the learning schedule is determined by the learners themselves. Thirdly, the stage of increasing knowledge for community self-reliance, the learners is not self-sufficient because not all the learners can utilize and develop every skill. However, there is an improvement in education and improvement of action. CLC Mattirowalie has not done a complete empowerment because it only do stage transformation of knowledge. CLC organizers interpret that community empowerment is as same as capacity building, but factually as not as it, because capacity building is only part of community empowerment process. Empowerment is seen only in the activities that are followed by CLC such as anniversaries, exhibitions, visits, guests, and other events or competitions because at that time the new community is actively making things like souvenirs, knickknacks, food production, and further. CLC outlets are not operating or open daily.

Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Nonformal, PKBM Mattirowalie/ Community Empowerment, Non-formal Education, CLC Mattirowalie

  1. S2-2017-388909-abstract.pdf  
  2. S2-2017-388909-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-388909-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-388909-title.pdf