MAKNA PEMBERIAN SINAMOT PADA PERKAWINAN BATAK TOBA DALAM KAJIAN ETIKA DEONTOLOGI IMMANUEL KANT
LAMBERT TUA SITUMORANG, Dra. Jirzanah, M.Hum.
2017 | Skripsi | S1 ILMU FILSAFATINTISARI Judul Skripsi Makna Pemberian Sinamot Dalam Kajian Etika Kewajiban Immanuel Kant. Perkawinan adat dalam masyarakat Batak Toba adalah salah satu mata rantai kehidupan yang tata pelaksanaannya diatur hukum-hukum adat yang sudah melekat dari dulu hingga saat ini. Marhata Sinamot adalah salah satu syarat mutlak yang harus dilakukan untuk menuju acara adat perkawinan ideal bagi masyarakat Batak Toba. Marhata merupakan sinamot terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak yang akan mengadakan acara perkawinan. Sinamot yang diserahkan pada acara marhata sinamot tidak diserahkan secara keseluruhan, melainkan hanya berupa bohi ni sinamot (hanya sebagian saja). Deontologi adalah suatu aliran dalam etika, yang tidak dapat dibedakan dengan kewajiban secara keseluruhan pada teori nilai, tetapi menganggap bahwa suatu tindakan atau perbuatan itu betul, tanpa adanya pertimbangan apakah ada kebaikan pada suatu hal. Dapat dikatakan bahwa suatu tindakan itu dianggap betul dan diketahui, meskipun tindakan itu tidak berasal dari sumber yang mempunyai tujuan yang paling baik dan setelah terlaksana tidak menghasilkan kebaikan sebesar kebaikan yang dapat dicapai oleh sumber yang lain. Tujuan penelitian memahami konsep etika kewajiban Immanuel Kant, mengetahui makna Sinamot dalam perkawinan adat Batak Toba, menganalisa secara kritis tentang konsep pemberian Sinamot dari sudut pandang etika Kewajiban Immanuel Kant. Metode penelitian penelitian ini merupakan penelitian filsafat yang bersifat kualitatif dengan menggunakan studi pustaka yang berkaitan dengan konsep ranah adat-istiadat Batak. Unsur-unsur yang digunakan untuk analis hasil antara lain, deskriptif, interprestasi, koherensi, refleksi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Perkawinan Batak dapat dihubungkan dengan imperatif kategoris, karena berlaku mutlak tanpa terkecuali, apa yang diperintahkan merupakan kewajiban pada dirinya sendiri, tidak tergantung dari suatu tujuan tertentu. Perkawinan Batak memiliki tujuan yang bersifat kekerabatan dan untuk mempertahankan keturunan dari garis bapak, untuk membangun suatu kebahagiaan dalam rumah tangga, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya serta melestarikanya, seluruhnya terlibat dan mempunyai hak kewajiban, terbukti bahwa seluruh pihak perempuan dan undangan mendapat jambar tuhor ni boru. Seluruh pihak laki-laki memberi tumpak (sumbangan uang) kepada orang tua pengantin. Tumpak merupakan tanda bahwa seluruh keluarga pihak laki-laki, orang semarga yang diundang, anggota huta, ale-ale atau sahabat, turut mengawinakan anak laki-laki. Tuhor yang diberikan ayahnya secara tidak langsung adalah tuhor yang dikumpulkan dari seluruh kelompok kerabat dan sahabatnya. Tindakan ini hanya atas dasar pengandaian bahwa manusia mampu mencapi suatu tujuan.
ABSTRACT Title Thesis Meaning of Sinamot Giving In Ethics Review Immanuel Kant's Obligation. Customary marriage in the Batak Toba community is one of the chain of life whose governance is governed by customary laws that have been attached from the past to the present. Marhata Sinamot is one of the absolute requirements that must be done to go to the ideal wedding ceremony ideal for the Batak Toba community. Marhata is a sinamot agreement between the two sides who will hold a wedding ceremony. Sinamot submitted to the event marhata sinamot not submitted as a whole, but only a bohi ni sinamot (only part of it). Deontology is a flow in ethics, which can not be distinguished by its overall obligation on the theory of values, but considers that an action or deed is correct, regardless of whether there is good in a thing. It can be said that such an action is perceived to be true and known, even though it does not come from a source that has the best purpose and after it does not produce the good as much as the good that can be achieved by other sources. The objective of the study is to understand the concept of Immanuel Kant's ethical obligation, to know the meaning of Sinamot in the Toba Batak customary marriage, to analyze critically the concept of giving Sinamot from the ethical point of view of Immanuel Kant's Obligation. The research method of this research is a qualitative research philosophy by using literature study related to the concept of Batak custom sphere. The elements used for the analyst of the results include, descriptive, interpretation, coherence, reflection. The results of the study indicate that the marriage of the Batak can be associated with a categorical imperative, because it applies absolute without exception, what is commanded is an obligation upon itself, independent of a particular purpose. The marriage of Batak has a kinship purpose and to defend the descendants of the father line, to build a happiness in the household, to obtain cultural customs values and to preserve them, entirely involved and have the right of duty, it is evident that all women's parties and invitations receive juh tuhor Ni boru. The whole party of men give tumpak (donation of money) to the bride's parents. Tumpak is a sign that the whole family of the men, the invited surname, the huta members, the ale-ale or friends, also marries the boys. The Tuhor his father imparted indirectly was a tuhor gathered from his whole group of relatives and friends. This action is only on the assumption that humans are capable of achieving a goal.
Kata Kunci : Marhata Sinamot, Etika Kewajiban, Imperatif Kategoris.