FANATISME PERSPEKTIF KEMATIAN SUBJEK POSTRUKTURALISME

RIDWAN FIRDAUS, Hastanti Widy Nugroho, S.S., M. Hum.; Drs Agus Wahyudi M.A,

2017 | Skripsi | S1 ILMU FILSAFAT

Kajian ini berangkat dari pandangan peyoratif terhadap fanatisme dari para filsuf, psikolog, ataupun sosiolog. Masing-masing pandangan tersebut dinilai mengukuhkan rezim filsafat modern yang menekankan keutuhan subjek. Pandangan peyoratif secara keseluruhan mengklaim bahwa sikap fanatik terpatri secara inheren dalam diri subjek, yang seringkali dicirikan dengan kegilaan dan irasionalitas. Postrukturalisme di sisi lain memaparkan ciri kontruktivis fanatisme melalui konsep 'subjek yang senantiasa bertalian dengan bahasa' dan 'subjek yang terpecah' sebagai antitesis atas gaya total dalam filsafat modern. Permasalahan yang hendak dijawab adalah bagaimana pandangan postrukturalis seperti Derrida, Foucault dan Lacan mengkritik tradisi peyoratif tersebut. Terdapat tiga poin rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu; Bagaimana wacana kematian subjek dalam paradigma postrukturalisme? Apa pengertian fanatisme? Bagaimana kedudukan dan esensi fanatisme dilihat dari wacana kematian subjek postrukturalisme? Kajian ini merupakan kajian kepustakaan dengan menggunakan metode sistematis-reflektif. Sumber primer dan sekunder diteliti dengan menggunakan langkah-langkah metodis seperti interpretasi, kesinambungan historis dan beberapa unsur metodis lain sebagai pembantu tambahan. Simpulan yang dihasilkan dari kajian tersebut adalah pertama, kritik atas totalitas subjek. Subjek postrukturalis adalah subjek yang terpecah dan senantiasa terikat dengan bahasa. Kedua, pandangan peyoratif atas fanatisme merupakan kekeliruan sebab fanatisme bukanlah sebuah pathologi, melainkan sebuah konstruksi tekstual yang bermuatan apriori, absolutisme, teleologis, dan objektivisme. Ketiga, kritik pandangan total atas fanatisme dengan asumsi bahwa objektivitas tidak akan tercapai. Keempat, kritik historisisme, yakni pemaknaan teleologis terhadap fanatisme tidak ubahnya seperti sikap fanatik itu sendiri. Kelima, menempatkan fanatisme sebagai persoalan bahasa yang bebas dari dikotomi rasional dan irasional.

This study is starts from a pejorative perspective of fanaticism of philosophers, psychologists, or sociologists. Each of these perspectives are considered to reinforce the regime of modern philosophy that emphasizes the integrity of the subject. Pejorative perspective overall claim that fanatic attitude is embedded in the subject inherently, which is often characterized by madness and irrationality. Post-structuralism on the other hand describes the characteristics of constructivist fanaticism through the concept 'of subject that is always concerned with the language' and 'subject that is always be splitted' as the antithesis on the total force in modern philosophy. The problem to be answered is how is the perspective of post-structuralist like Derrida, Foucault and Lacan criticized the pejorative tradition. There are three points of problems in this study, that are; How does the death of the subject in the paradigm of post-structuralism discourse? What is fanaticism? What are the capacities and the essence of fanaticism in terms of the death of subject discourse on post-structuralism? This study is a literature review using systematic-reflective method. Primary and secondary sources are studied using methodical steps such as interpretation, historical continuity, and some other methodical elements as additional helpers. The results of this study are first, criticize of subject totality. Post-structuralist subject is a subject that splitted and constantly bounded by language. Secondly, pejorative perspective of fanaticism is a mistake, because fanaticism is not a pathology, but a textual construction that contained of a priori, absolutism, teleological, and objectivism. Third, criticize of objectivity against total perspective on fanaticism with assuming that objectivity will not be achieved. Fourth, criticize of historicalism, is the teleogical meaning against fanaticism that is like fanaticism itself. Fifth, put the the fanaticism as the language issue that is free from the dichotomy between rational and irrational.

Kata Kunci : Peyoratif, Fanatik, Subjek, Bahasa, Pejorative, Fanatic, Subject, Language