Laporkan Masalah

MAKNA JATI DIRI DALAM NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDUL MUIS

HARYANTI PUSPA SARI, Dr. Septiana Dwiputri Maharani

2017 | Skripsi | S1 ILMU FILSAFAT

Penelitian ini berjudul Makna Jati Diri Dalam Novel Salah Asuhan karya Abdul Muis yang dilatarbelakangi oleh arus globalisasi atau modernitas yang dialami tokoh-tokoh, sifat masyarakat yang tidak mau bercampur dengan bangsa lain dan ditentangnya pernikahan antarbangsa yang memunculkan konflik tradisi, keyakinan dan masalah psiokologi para tokoh dalam novel Salah Asuhan yang teliti lewat jati diri manusia dalam filsafat manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana persoalan tentang jati diri manusia dan makna hidup manusia itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan metode kualitatif dalam bidang filsafat. Data yang diperoleh dari pustaka primer yang merupakan Novel Salah Asuhan karya Abdul Muis maupun pustaka sekunder buku-buku yang relevan dengan tema penelitian. Data tersebut kemudian diolah dengan kerangka metodis : deskripsi, interpretasi dan refleksi. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini menunjukkan keunikan manusia yang terkandung dalam novel Salah Asuhan Karya Abdul Muis adalah 1) kisah masyarakat pada zaman Hindia-Belanda yang kental dengan nilai-nilai budaya. Hanafi adalah pribumi yang belajar di sekolah pemerintahan Belanda yang mempertemukannya dengan Corrie. Namun hubungan keduanya pada zaman Hindia Belanda dianggap menyimpang dari masyarakat pada umumnya sehingga memunculkan pertentangan tradisi, keyakinan dan psikologis dalam novel Salah Asuhan. 2) Filsafat manusia yang relevan dengan tema penelitian terkait dengan jati diri : kehendak bebas, otonomi, historisitas manusia dan sosialitas manusia. Manusia adalah makhluk yang memiliki keunikan dari makhluk hidup lainnya. Manusia hidup tidak sekedar hidup saja, ia hidup sebagai makhluk jasmani dan rohani, determinisme dan indeterminisme. Novel Salah Asuhan menggambarkan bahwa masing-masing manusia pada perkembangan zaman dalam suatu kelompok masyarakat memiliki pandangan hidup yang berbeda satu sama lain bahkan sikap seseorang terkadang tidak mencerminkan bahwa ia dari suatu kelompok tertentu. Jati diri manusia terbentuk dari pengaruh hubungan sosial dan pilihan manusia itu sendiri sehingga manusia menjadi dirinya sendiri. Walaupun dalam memilih jalan hidupnya terkadang setiap manusia tidak selalu baik

The background of this research, which is titled The Meaning of identity in Salah Asuhan Novel by Abdul Muis, is the globalization or modernity experienced by the characters, the nature of a society that refuses intercultural marriage in their community. Any intercultural marriage is believed to cause conflicts in their traditions and beliefs, and also psychological problems in the characters of Salah Asuhan. These problems will be surveyed through an examination of the discourse on human identity in philosophy of man. The aim of this research is to explore the scope of the problem of human identity and the purpose of life. This research is a literature research, using philosophical qualitative method. Data are obtained from a primary literature, Salah Asuhan by Abdul Muis, and secondary literature, which consists of books that are relevant to the topic of this research. The data are processed by methodical framework: description, interpretation and reflection. The result of this research are: 1) the stories in Dutch East Indies era which is dominated by cultural values. Hanafi is an inlander who studies at a Dutch school. This school is the place where he meets Corrie. But their relationship was seen as a deviation from the accepted norms at the time, and it caused conflicts in tradition, belief and psychology in the novel Salah Asuhan. 2) Philosophy of man that is relevant with the topic of this research are free will, autonomy, human historicity and sociality. Human is a creature with unique characteristics, compared to other organisms. Human does not just live; he lives as a physical and spiritual creature, determinism and indeterminism. Salah Asuhan illustrates that every human in history in any particular community has his own thought, differs with one another. Even ones attitude does not always reflect the community he belongs to. Human identity is formed by social relationships and ones own choices in life, so that he would grow to be himself, even though his choices are not always good.

Kata Kunci : Salah Asuhan, Identity, Human Uniqueness

  1. S1-2017-347695-abstract.pdf  
  2. S1-2017-347695-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-347695-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-347695-title.pdf