Laporkan Masalah

Konsep, Dinamika, dan Pengukuran Kualitas Perkawinan Orang Yogyakarta

SITI ROHMAH NURHAYATI, Prof. Dr. Faturochman, MA; Dr. Avin Fadilla Helmi

2017 | Disertasi | S3 Psikologi

Penelitian kualitas perkawinan sudah banyak dilakukan, namun jarang menggunakan konsep yang dieksplorasi dari masyarakat lokal. Kajian literatur menunjukkan bahwa kualitas perkawinan berkaitan dengan tingkat keunggulan perkawinan, dan kriteria keunggulan perkawinan dipengaruhi oleh konteks normatif lingkungan sosial budaya. Tujuan penelitian ini adalah menggali konsep dan dimensi kualitas perkawinan, menyusun dinamika kualitas perkawinan, serta mengembangkan model pengukuran kualitas perkawinan yang sesuai dengan konteks Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi indigenous dengan metode penelitian campuran eksploratoris sekuensial. Sebanyak 246 orang berstatus suami atau istri yang mengidentifikasi dirinya sebagai orang Yogyakarta dengan usia perkawinan minimal lima tahun terlibat sebagai partisipan pada studi satu, dan 256 orang pada studi dua. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis isi pada studi satu dan analisis faktor eksploratori serta analisis faktor konfirmatori pada studi dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perkawinan digambarkan oleh orang Yogyakarta sebagai taraf keunggulan proses relasi suami isteri berupa kedekatan dan kehangatan hubungan, respek, dan kerjasama, serta output yang dirasakan oleh suami isteri berupa kesejahteraan yang meliputi kondisi harmonis dan perasaan bahagia. Kualitas perkawinan sebagaimana gambaran tersebut memiliki dinamika berupa aspek-aspek pembentuk yang saling berhubungan satu sama lain. Kerjasama menjadi titik awal bekerjanya dimensi kualitas perkawinan, yang memengaruhi respek serta kedekatan dan kehangatan hubungan, dan pada akhirnya menimbulkan kesejahteraan pada pasangan suami isteri. Hasil pengujian terhadap model pengukuran kualitas perkawinan menunjukkan bahwa kualitas perkawinan merupakan konstrak multi dimensi, yang memisahkan antara dimensi relasi dan dimensi kesejahteraan. Dimensi relasi meliputi kedekatan dan kehangatan hubungan, respek, dan kerjasama, sementara itu dimensi kesejahteraan terdiri dari harmonis dan bahagia.

Studies on marital quality have been done, but rarely use the concept that was explored from the local communities. Review of the literature showed that the quality of marriage related to the level of excellence of marriage, and the excellence criteria of marriage is influenced by the normative context of social and cultural environment. The aim of this study was to explore the concept and dimensions of marital quality, to arrange the dynamics of marital quality, and to develop the model of marital quality measurement that fit the context of Yogyakarta. This research employed indigenous psychology approach with sequential exploratory mixed method research. There are 246 people were involved as participants on study 1 and 256 people in study 2. The data were analyzed using content analysis in study one and exploratory factor analysis and confirmatory factor analysis in study two. The results showed that the quality of marriage described by the people of Yogyakarta as the standard of excellence of conjugal relationship in the form of intimacy, respect, and cooperation, as well as the output experienced by husband and wife such the condition of being harmony and being happy. Marital quality as described was not a static variable but there were a dynamics of the aspects that shape each other. Cooperation was the starting point of marital quality dimension works. It influenced respect and intimacy. Finally, it inflicted wellbeing for husband and wife. The test results of the marital quality measurement model showed that marital quality is multi-dimensional construct, which separates between relation dimension and wellbeing dimension. Relation dimension includes intimacy, respect and cooperation, while wellbeing dimension includes being harmony and being happy.

Kata Kunci : Perkawinan, Kualitas Perkawinan, Yogyakarta, Jawa, Pengukuran