MUSIK GAMAT: APROPRIASI MUSIK OLEH MASYARAKAT BANDAR PESISIR SUMATERA BARAT
MARTAROSA, Dr.GR.Lono Lastoro Simatupang,MA;Prof.Dr.Timbul Haryono,M.Sc;Prof.Dr.Victor Ganap,M.Ed
2017 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaMusik gamat adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat bandar di Pesisir Sumatera Barat, yang cirinya serupa dengan joget dalam kesenian Melayu (dondang sayang, ghazal,dan ronggeng). Musik ini tidak hanya sekadar menjadi musik masyarakat bandar, tetapi telah menjadi milik masyarakat Pesisir Sumatera Barat, hingga ke pedalaman Minangkabau. Atas dasar fenomena tersebut, pertanyaan dalam penelitian ini difokuskan dalam tiga hal meliputi: Mengapa kedatangan imigran ke bandar Pesisir Sumatera Barat menjelang awal abad ke-20 dapat mewarnai munculnya musik gamat Bagaimana konteks pendukung munculnya musik gamat dalam bentuk apropriasi musik? Bagaimana secara analisis musikologis bentuk elemen artistik musik gamat yang dilahirkan dari apropriasi musik Barat, musik Melayu, dan musik tradisi Minangkabau? Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, berdasarkan payung disiplin musikologi maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dan interpretatif dengan memanfaatkan data kualitatif dalam dua aspek, yaitu aspek tekstual dan kontekstual. Secara tekstual, data-data yang dihimpun dianalisis berdasarkankonsep estetika melalui elemen-elemen artistik dalam bentuk teknik penyajian garitiak dan gayomeliputi: gaya, tema, dan motif. Selanjutnya analisis secara kontekstual yang berhubungan dengan aspek sosial dibantu berdasarkan teori sosiologi-antropologi dan sejarah. Elemen-elemen artistik yang ditemukan dalam musik gamat dari bentuk apropriasi musikal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) pengaruh Barat (Portugis dan Belanda) ditemukan pemakaian sistem tangga nada diatonik, instrumen musik (biola,akordeon, tambourin) dan adanya lagu Kaparinyo yang berawal dari lagu Cafrinho (2) pengaruh Melayu ditemukan pemakaian bentuk dan struktur musik,seperti pola ritme dan irama joget yang awalnya dari sukat 6/8 diubah menjadi 2/4 (3) pengaruh Pesisir Minangkabau ditemukan pemakaian ornamen dan vibrato sebagai ciri musik tradisi Pesisir Minangkabau yang disajikan melalui teknik penyajian garitiak dan gayo dalam kalimat musik gamat frase antecedent dan cosequent.
The gamat music is a form of art performance that develops among the coastal community of Western Sumatera. Its character is similar to that of Malayan dance forms (dondang sayang, ghazal, and ronggeng). This music is not just a communal music among the fishermen, but is also owned by the people living in the coasts of Western Sumatera. Based upon such phenomenon, therefore the questions of this research are focused on three main problems, how do immigrants coming to West Sumatera in the early 20th century can affect the emergence of the gamat music? Knowing the supporting context of gamat music inthe form of music appropriation? How is the musical analysis of the gamat music based on the musical appropriation from the West, the Malay, and the traditional Minangkabau? To answer the questions above under the musicology elements, therefore the research methodology used is the descriptive and interpretative analysis of the qualitative data which were based upon two aspects, namely the textual and contextual aspects. Textually, the gathered data are analyzed using the concepts of aesthetical concepts through artistic elements. These elements are presented in the form of garitiak and gayo which consist of style, theme, and motif. As from the contextual analysis, it deals with the social aspects that are supported by socio-anthropology and historical theories. The artistic elements found in gamat music are musical appropriation which can be classified as follows: (1) the Western influence (from Portuguese and from the Dutch) can be found in the use of diatonic scales, the use of Western musical instruments (violin, accordion, tambourine), and a song entitle Kaparinyo which is derived from Cafrinho (2) the Malayan influence is found in the musical form and structure, like in its rhythm and dance steps which was originally using the 2/4 beat to be change to the 6/8 beat; (3) the Littoral Minangkabau influence can be found in the use of musical ornaments and vibrato which are presented through the technique of preparing garitiak and gayo in musical phrase phrase antecedent and cosequent.
Kata Kunci : Gamat, apropriasi, musik, Barat, Melayu, Minangkabau, Bandar, Pesisir Sumatera Barat.