Laporkan Masalah

PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA

ANDITA SETIAWATI, Dewi Cahyani Puspitasari, S.Sos., M.A.

2017 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Pengalaman bencana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2006 maupun 2010 cenderung mengalami kepanikan pada status kesiapsiagaan; serta kekacauan pada saat evakuasi maupun penanganan pasca tanggap darurat, menjadi pendorong bagi komunitas sadar akan pentingnya upaya atau aksi pengurangan risiko bencana pada fase mitigasi bencana. Disisi lain pemerintah sendiri dalam kebijakannya juga tengah mengembangkan program penanggulangan bencana berbasis masyarakat, dimana keberhasilan program bergantung pada partisipasi dan kemandirian masyarakat. Pemerintah menjadi penanggung jawab utama, sedang masyarakat berperan sebagai aktor utama. Seperti halnya dengan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Ngargomulyo, suatu komunitas dalam bentuk organisasi ini menjadi inisiator aksi atau program upaya pengurangan risiko bencana di tingkat lokal. Bukan hal mudah bagi FPRB Ngargomulyo dalam melakukan perannya, terlebih dalam suatu masyarakat tentu terdapat berbagai tipe karakter masyarakat. Sehingga memunculkan satu rumusan masalah: bagaimana peran FPRB Ngargomulyo dalam upaya pengurangan resiko bencana bagi masyarakat lokal? Metode penelitian yang digunakan termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan peran FPRB Ngargomulyo secara jelas. Sumber data primer didapat dari observasi dan wawancara secara mendalam. Sedang data sekunder berasal dari dokumentasi, artikel, arsip, UU Penanggulangan bencana, serta berita baik cetak maupun elektronik. Untuk melihat bagaimana peran FPRB dalam upaya pengurangan risiko bencana, digunakan teori modal sosial untuk mengidentifikasi nilai/norma, partisipasi serta jaringan komunitas yang dijabarkan dalam tipologi modal sosial ( bonding, bridging maupun linking) Peran FPRB Ngargomulyo dalam upaya pengurangan resiko bencana difase mitigasi bencana ini didasari karena adanya rasa persamaan nasib para anggota untuk penanganan bencana yang lebih baik dan pengurangan risiko bencana yang lebih optimal. Pada tulisan ini, kasus dilihat dalam pandangan sosiologis, yaitu membahas masyarakat dan mitra jaringan didalamnya yang terlibat. Upaya yang dilakukan meliputi penyadaran kepada masyarakat tentang pemahaman bahaya akan ancaman bencana, sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat dalam menghadapi bencana seperti bagaimana upaya penyelamatan diri. Kampanye tabungan bencana juga dilakukan, agar dalam fase pasca bencana masyarakat masih memiliki aset untuk dimanfaatkan. Dalam temuan, bonding pada FPRB Ngargomulyo berkembang dan menjadi kekuatan dalam perannya karena adanya berbagai institusi sosial di Ngargomulyo. Mitra horizontal ialah Non Government Organization (NGO), desa rawan bencana sekitar serta desa penyangga. Sedangkan mitra vertikal ialah instansi pemerintah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magelang.

The disaster experiences from Mount Merapi eruption at 2006 and 2010 have panic effect when it is on the status of preparedness; as well as the chaos at the time of the evacuation and treatment of post emergency response, it can be used as an incentive for the community awareness of the importance of effort or action on disaster risk reduction in disaster mitigation phase. On the other hand the government itself in its policies is also developing community based disaster management program, where the success of the program depends on participation and self-reliance of community. The government acted as the person-in-charge, whereas the communities acted as the lead actor. The same with Forum for Disaster Risk Reduction Ngargomulyo, a organization community is the action or program initiator of disaster risk reduction efforts at the local level. It is not easy for FPRB Ngargomulyo in performing their role, especially in a society which of course has many different types of communities character. Thus from these facts developed a problem on how FPRB Ngargomulyo performs their role in disaster risk reduction efforts for local communities? The method used is included in the category of qualitative research with descriptive method that aims to describe the role of FPRB Ngargomulyo clearly. The primary data source is derived from observation and in-depth interviews. While secondary data derived from the documentation, articles, archives, Constitution of Disaster Management, as well as print and electronic news. To knows how FPRB role in disaster risk reduction, use of social capital theory to identify values or norms, participation and community networks that described in the typology of social capital. Ngargomulyo FPRB role in disaster risk reduction efforts in the mitigation phase is based on a sense of common destiny for their members for better disaster management and disaster risk reduction is more optimal. This research, a case seen in a sociological view, that discusses community and network partners involved therein. Efforts undertaken include public awareness about the dangers of understanding of the threat of disaster, socialization and training to community inside encounter of disasters such as how to rescue themselves. Disaster savings campaign was also conducted, so that in the post-disaster phase people still have the asset to be utilized. In the findings, bonding on FPRB Ngargomulyo evolved and become a force in the role due to a variety of social institutions in Ngargomulyo. Horizontal partners are NGOs, disaster-prone villages in around and buffer villages (sister villages). while the vertical partners are one government institutions Regional Disaster Management Agency at Magelang.

Kata Kunci : peran komunitas, komunitas lokal, pengurangan risiko bencana, modal sosial

  1. S1-2017-335684-abstract.pdf  
  2. S1-2017-335684-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-335684-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-335684-title.pdf