Kemandirian Dunia Dalam Pemikiran Martin Heidegger (Kritik Atas Pembacaan Materialisme Spekulatif Quentin Meillassoux)

BANIN DIAR SUKMONO, Prof. Dr. Joko Siswanto

2017 | Skripsi | S1 ILMU FILSAFAT

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pembacaan ulang atas esensi kemandirian dunia dalam pemikiran Martin Heidegger. Latar belakang pembacaan ulang ini dipicu oleh kritik Quentin Meillassoux atas Heidegger dalam Après la finitude (2006). Meillassoux menafsirkan Heidegger sebagai seorang korelasionis kuat dengan ciri menolak kemungkinan tesis kemandirian dunia. Konsekuensinya, Heidegger terjebak pada problem kepurbaan dan kontingensi. Masalah dari tafsir Meillassoux adalah ketidakhirauannya pada teks-teks realis dan ketiadaan dasar faktisitas Heidegger. Penelitian ini mengonfrontasi ketepatan tafsir Meillassoux atas Heidegger dan menarik implikasinya pada sistem filsafat Meillassoux sendiri. Penelitian ini menggunakan model penelitian historis faktual tentang tokoh. Objek material penelitian adalah pemikiran Martin Heideggerdan objek formal penelitian adalah problem kemandirian dunia yang dieksplisitkan oleh Quentin Meillassoux. Penelitian ini berjalan dengan empat tahap, yakni inventarisasi, klasifikasi, analisis, dan penyusunan hasil, dengan menggunakan tiga unsur metodis, yakni interpretasi, kesinambungan historis, dan heuristika. Penelitian ini menunjukkan tiga kesimpulan utamanya. Pertama, Heidegger mengatakan bahwa duniamemiliki sifat yang mandiri dari pikiran dan ilmu dapat menunjuk ke objek dalam-dirinya. Kedua, lingkaran faktisitas tidak pernah dapat diabsolutkan karena prinsip tersebut tidak berkata mungkin ada sesuatu di luar faktisitas, melainkan tidak dapat dikatakan apapun di luar faktisitas. Ketiga, tesis kemandirian dunia hanya membutuhkan pelampauan atas lingkaran korelasi dan bukan lingkaran faktisitas. Akhirnya, kontingensi dan kepurbaan dari Meillassoux tidak pernah menjadi masalah bagi Heidegger.

The research aims to reexamine the essence of independent world in Heideggers thought. The background of the reexamination is triggered by Quentin Meillassouxs critique in his Apres la finitude (2006). Meillassoux interpreted Heidegger as a strong correlationist who is not committed with independent world thesis. Consequently, Heidegger is trapped in the problem of ancestrality and contingency. The problems with this interpretation are the Meillassouxs ignorance on Heideggers realist texts and his idea about the groundless ground of facticity. The research is going to confront the exactitude of Meillassoux interpretation of Heidegger and conclude the implication in Meillassoux own system of philosophy. The research uses philosopher factual-historical research model. The subject matter of the research is Heidegger thought and the optic of the research is the problem of independent word that is explicated by Quentin Meillassoux. The research has four step, that are inventorying, classification, analyzing, and result setting, and using three methodic unsure, that are interpretation, historical continuity, and heuristic. The research shows its three main conclusions. First, for Heidegger world has mind-independent characteristic and science could point out to the object-itself. Second, the circle of facticity never been absolutizing because of that principle is never say that is possible outside of facticity, rather it cannot said anything outside of facticity. Third, the independent world thesis only needs a surpassing of the circle of correlation and not the circle of facticity. The implication is one is able to be strong correlationist without necessarily thrown independent world thesis. Finally, the problem of contingency and ancestrality never have been problems for Heidegger.

Kata Kunci : Kemandirian dunia, kepurbaan, kontingensi, faktisitas/ Independent world, ancestrality, contingency, facticity.