PERAN DAN FUNGSI SENI TRADISIONAL REOG PUNG JIR DALAM UPACARA TRADISI RASULAN DI DESA WILADEG KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL
B BAREP CANDRA P, Dr. Rr.Paramitha Dyah Fitriasaari,M.Hum;Prof.Dr.R.M.Spedarsono
2017 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaTradisi Rasulan sangat dikenal masyarakat Gunungkidul, hampir seluruh wilayah yang berada di daerah Gunungkidul setiap tahunnya selalu melaksanakan tradisi tersebut. Maksud dari dilaksanakannya upacara tradisi Rasulan ialah ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diterima, sekaligus melalui gunungan simbol pengharapan untuk satu tahun kedepan. Pelaksanaan Rasulan selalu diselenggarakan pasca panen. Masyarakat Gunungkidul khususnya desa Wiladeg masih mempertahankan adat yang diwariskan oleh generasi terdahulu secara turun temurun. Adat tersebut dipertahankan oleh masyarakat, karena memiliki fungsi yang masih diyakini masyarakatnya. Seperti bertahannya kesenian tradisional Reog Pung Jir dalam upacara tradisi Rasulan tidak lepas dari peran dan fungsi yang mempengaruhinya. Reog Pung Jir bagi masyarakat desa Wiladeg merupakan hal yang penting dalam rangakaian upacara tradisi Rasulan karena merupakan bentuk kesatuan yang utuh dalam mengawal arak-arakan gunungan menuju balai desa. Reog Pung Jir adalah kesenian arak-arakan pengiring gunungan yang terdiri dari sepasang pentul tembem, sepasang prajurit berkuda, sepasang prajurit udheng gilig, sepasang prajurit pemayung, delapan prajurit tombak. Dan diikuti dengan tiga penabuh bende, satu penabuh angklung, satu penabuh kecrek, dan satu penabuh dhogdhog yang menjadi satu kesatuan dalam reog Pung Jir. Dalam upacara tradisi Rasulan memiliki peran yang sangat penting, yakni menjemput gunungan dari balai pedukuhan ke lapangan desa dan mengawal gunungan dari lapangan desa sampai ke balai desa.
The tradition of Rasulan known by the society of Gunungkidul, almost all regions in the area of Gunungkidul annually carry out the tradition. The purpose of the implementation of Rasulan traditional ceremony is an expression of gratitude to the God for the blessings that have been received, as well as through the gunungan the symbol of award for the coming year. The implementation of Rasulan always held after harvest. The society of Gunungkidul especially the village of Wiladeg still retains the customs handed down by previous generations hereditary. The tradition maintened by the society, because it has a function which is still believed to the society. Like the maintained of the traditional arts Reog Pung Jir in the traditional ceremonies of Rasulan cannot be separated of the role and functions that affect it. Reog Pung Jir is very important for the society of Wiladeg in a series of traditional ceremonies of Rasulan as they have an unfield whole in the procession escorting the gunungan toward the village hall. Reog Pung Jir is an art procession accompanist the gunungan that consisting of a pair of pentul tembem, a pair of horsemen, a pair of udheng gilig warrior, a pair of umbrella warrior, eight warrior of spear. And followed by three drummers of bende, a drummer of angklung, a drummer of kecrek and a drummer of dhogdhog whih is integrated in the Reog Pung Jir. In a traditional ceremony of Rasulan has a very importan role, which is to pick up the gunungan from the village hamlet to the village square and guarding the gunungan from the village square to the village half.
Kata Kunci : The tradition of Rasulan, Reog Pung Jir