Gambaran Praktik Pengawas Menelan Obat (PMO) dalam Pengawaswan Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kabupaten Kebumen
TIMBUL PRANOTO, dr. Mora Claramita, MHPE, Ph.D
2017 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran KlinikTuberkulosis (TB) merupakan problem kesehatan utama secara global, meskipun TB adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati. WHO Global Tuberculosis Report 2015 melaporkan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB, dimana 1,1 juta pada TB dengan HIV negatif dan 0,4 juta pada kasus TB dengan HIV positif. Sebanyak 25% jumlah kematian akibat TB didapatkan pada usia produktif yaitu usia antara 15 sampai 54 tahun. Rendahnya kepatuhan menjadi sebab utama terjadinya kegagalan pengobatan, drop out dan meningkatnya kasus MDR . Kepatuhan juga menjadi kunci untuk meningkatkan angka kesembuhan pengobatan pada pasien TB. Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi pasien TB menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan sehingga meningkatkan cure rate dan succes rate. PMO bertugas mengawasi, mengingatkan, memberikan motivasi dan mendampingi penderita TB menjalani proses pengobatan. Akan tetapi belum semua PMO mengetahui dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Latar belakang PMO dalam mendukung pasien TB paru dalam meningkatkan kepatuhan perlu di diuji dengan cara meneliti pengalaman PMO. Pengalaman bisa diungkapkan dengan menggunakan kualitatif studi fenomenologis yang memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi arti dan makna dari mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi lebih mendalam upaya-upaya yang telah dilakukan PMO dalam melakukan tugasnya, kendala yang timbul dari upaya tersebut, manfaat, dan harapan terhadap keberadaan PMO dalam program DOTS Metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metodologi fenomenologis deskriptif. Jumlah informan sebanyak 21 orang terbagi menjadi kelompok PMO TB Paru sembuh sebanyak 7 orang, kelompok PMO TB paru gagal atau drop out sebanyak 7 orang dan kelompok programer TB sebanyak 7 orang. Setiap kelompok mengikuti Focus Group Discussion (FGD) selama 90-120 menit. Dari 21 sampel yang direncanakan, 20 responden bisa mengikuti FGD Hasil penelitian menunjukkkan bahwa keberadaan PMO sangat penting dan dibutuhkan dalam penatalaksanaan TB dengan strategi DOTS. Hambatan terbesar PMO dalam menjalankan tugasnya adalah hambatan komunikasi karena perbedaan hierarki dan status sosial dalam masyarakat. Adanya rasa ewuh pekewuh menjadi salah satu penghambat PMO dalam bertugas. Untuk mengatasi hambatan penderita TB membutuhkan seorang PMO yang ideal. Menurut responden, PMO yang ideal adalah seseorang yang dekat dengan penderita TB, memiliki kesabaran, mempunyai rasa sayang terhadap penderita TB, mempunyai pengetahuan cukup tentang TB dan mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Untuk membentuk PMO ideal diperlukan pelatihan tentang TB dan komunikasi. Kata kunci :Tuberkulosis, Pengawas Menelan Obat , fenomenology
Tuberculosis (TB) is a major global health problem, even though TB is a disease that can be prevented and treated. WHO Global Tuberculosis Report 2015 reported 1.5 million deaths from TB, of which 1.1 million on TB with HIV-negative and 0,4 million in the case of HIV-positive tuberculosis. As many as 25% the number of deaths from TB obtained in productive age between the ages of 15 to 54 years. The low compliance is a major cause of treatment failure, drop out and the rising cases of MDR. Compliance is also a key to improve the cure rate of treatment of TB patients. Supervisory Swallowing Drugs (PMO) for TB patients is one factor that can improve adherence and thus improve the cure rate and succes rate. PMO oversees remind, motivate and assist TB patients undergoing treatment process. But not all PMO know and do their job properly. Background PMO in support of pulmonary TB patients in improving compliance needs to be tested by examining the experience PMO. The experience can be expressed by using the phenomenological qualitative study that has the ability to explore the meaning and significance of them. This study aims to explore more deeply the efforts that have been made PMO in performing its duties, the constraints arising from these efforts, benefits, and expectations of the existence of the PMO under DOTS This study method is qualitative approach with descriptive phenomenological methodology. The number of informants were 21 people divided into groups PMO healed pulmonary TB were 7 persons, groups PMO pulmonary TB fail or drop out of 7 people and programmers TB group of 7 people. Each group follow Focus Group Discussion (FGD) for 90-120 minutes. Of the 21 planned sample, 20 respondents could follow FGD The results of the study, indicating that the presence of PMO is very important and necessary in the management of TB with DOTS strategy. The biggest hurdle PMO in performing their duties are communication barriers due to differences in hierarchy and social status in society. Their sense of ewuh pekewuh be one of the obstacles PMO in charge. To overcome barriers to TB patients in need of a PMO is ideal. According to respondents, the ideal PMO is someone close to TB patients, have patience, have compassion for people with TB, have enough knowledge about TB and have good communication skills. To form the ideal PMO required training on TB and communication. Keywords: Tuberculosis, Supervisor Swallowing Drugs, fenomenology
Kata Kunci : Tuberculosis, Supervisor Swallowing Drugs, fenomenology