BANGUNAN TUA MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN, SUMEDANG, JAWABARAT
HALIMI FATHAN, Jujun Kurniawan, S.S, M.A,
2016 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIKajian ini membahas nilai penting bangunan tua Museum Prabu Geusan Ulun sebagai sumber daya budaya. Tiga bangunan tua tersebut adalah Gedung Srimanganti yang dibangun pada tahun 1706, Gedung Bumi Kaler, dan Gedung Gendeng yang dibangun pada tahun 1850. Ketiga bangunan tua tersebut merupakan bekas rumah dan kantor bupati Sumedang sejak zaman pemerintahan VOC. Kini ketiga bangunan tua tersebut digunakan sebagai ruang pamer dan sekretariat Museum PGU, namun potensi nya sebagai sumber daya budaya belum benar-benar disadari sehingga terdapat perubahan bentuk bangunan dalam pemanfaatannya sebagai museum. Berangkat dari kerangka pikir bahwa bangunan tua merupakan sebuah sumber daya yang penting bagi konsep museum dan pembangunan daerah maka pada kajian ini digunakan data kualitatif berdasarkan hasil kajian literatur dan observasi tentang bangunan tua Museum PGU sebagai data arkeologi (konteks arkeologi) dan pemanfaatannya sebagai museum (konteks sistem). Adapun dari data tersebut kemudian dinyatakan nilai pentingnya dengan melakukan pembobotan dan pendeskripsian. Pembobotan dilakukan untuk melihat tingkatan nilai penting bangunan tua Museum PGU antara satu dan lainnya, sementara pendeskripsian dilakukan untuk melihat keaslian, konteks dan interaktivitasnya sebagai sumber daya budaya. Adapun kajian ini berkesimpulan bahwa bangunan tua Museum PGU memiliki nilai penting bagi sejarah pemerintahan Kabupaten Sumedang, informasi perkembangan arsitektur dan tata lama kota Kabupaten Sumedang serta media pengikat kekeluargaan masyarakat Sumedang melalui wasiat yang dibuat oleh Raden Aria Suria Atmadja sebagai tokoh dan pendahulu yang dihormati oleh masyarakat Sumedang.
This study discusses the significant value of three old buildings of Prabu Geusan Ulun Museum (PGU) as cultural heritage. Those buildings are: Srimanganti Building that was built in 1706, Bumi Kaler Building,and Gendeng Building that were both built in 1850. Those buildings were part of the former office residence of the Sumedang regent at period of VOC reign. The three old-buildings had been utilized as showroom and secretariat of PGU Museum. However, its potential as cultural heritage building has not been fully recognized for the fact that the buildings had experienced shape alteration while being utilized as museum. In accordance by the mind-frame that old building is important resource for the concept of museum and regional development, this research use qualitative data by literature study and observations on PGU Museum�s old building as archaeological data (archaeological contexts) and the museum�s current management (system context). Based on the data, the significant value of the buildings could be determined by analyzing the ranking and description. The ranking was determined to rate the level of importance of the PGU Museum�s old buildings. While the description serves as the reference to authenticity, context and interactivity of the buildings as cultural resource. This research concludes that PGU Museum�s old building is stated to have high significant value for Sumedang government history, informations of architecture development and urban planning of Sumedang�s old town. The roles that PGU Museum�s old building carries for the society of Sumedang are as the unifier/ binder of Sumedang�s society�s kinship as the Museum was established through the implementation of legacy of Raden Aria Suria Atmadja, the respected figure and predecessor of Sumedang society.
Kata Kunci : Nilai Penting Sumber daya budaya, Pengelolaan Bangunan Tua, Museum Prabu Geusan