"WISATA RITUAL" GUNUNG KAWI UNTUK KESELAMATAN HIDUP
ZAINUL FAJRI, Dr. Samsul Maarif; Dr. Muhammad, MT.,ST
2016 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaToleransi antar masyarakat dengan latar belakang yang berbeda baik suku maupun agama merupakan cita-cita dari masyarakat tempo dulu. Sehingga kesatuan dan persatuan dalam bermasyarakat dan berbangsa tidak mudah untuk dipecah belah. "Selametan" di Gunung Kawi merupakan salah satu media untuk mempertemukan masyarakat dengan latar belakang berbeda yang memberikan gambaran tentang bentuk interaksi dalam keragaman budaya dan agama di Indonesia. Pada penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan pendekatan etnografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa "selametan" mempunyai makna sebagai sarana untuk menjaga keselamatan yang telah di dapat pada masa lalu dan mengharapkan hal yang sama pada masa yang akan datang. Keselamatan yang diharapkan oleh masyarakat tidak lepas dari tempat suci yang biasanya dikaitkan dengan figur atau sosok yang dianggap suci maupun mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dua figur yang dimakamkan di Gunung Kawi (Eyang Djoego dan Iman Soejono) dimaknai sebagai orang suci yang semasa hidupnya menyebarkan kebaikan kepada masyarakat sekitar tanpa memandang suku maupun agama. Untuk menjaga pesarean atau makam figur suci tersebut diperlukan pengelolaan tempat wisata ritual Gunung Kawi dengan tujuan menjaga kenyamanan dan keamanan peziarah yang datang. Keselarasan antar umat beragama dalam melaksanakan ritual perlu dijaga dan dilestarikan, hal ini merupakan upaya untuk menjaga Bhineka Tunggal Ika. Tantangan bagi para akademisi yakni memberikan gambaran untuk menjelaskan maksud dan tujuan masyarakat dalam melaksanakan wisata ritual di Gunung Kawi.
Tolerance in the society of people having different background of ethnicity or religion represents the aspiration of the society in the past. It aims that the unity within the society and nation is hard to be broken apart. An example of tolerance is shown by a traditional ceremony "selametan" which draws together a lot of people with different background of cultures and religions, which is common in Indonesia. This ceremony takes place in Gunung Kawi, East Java, Indonesia. We conducted a field research applying an ethnographic approaching method to investigate the "selamatan" ritual in Gunung Kawi, East Java. The results obtained in this study indicate that "selametan" is believed to be able to maintain the safety of the society in the past and the future as well. In this case, this traditional believing cannot be separated with the presence of sacred tombs belong to some figures who are considered holy and influential. There are two figures who were buried in Mount Kawi (Eyang Djoego and Iman Soejono). They are believed as holy and powerful men who taught the good way of living to the people without differentiate their background. Nowadays, their tombs are visited by many people and need to be preserved well to keep them in a good condition. Inter-religious harmony in performing the ritual should be maintained and preserved, since it is one of the implementation of Bhinneka Tunggal Ika. The exact purpose of "selametan" ritual in Gunung Kawi should be delivered to the common people, which is a challenge for the intellectual academicians to be considered.
Kata Kunci : Ritual selametan, tempat suci, keselarasan umat beragama.