Laporkan Masalah

PENGETAHUAN LOKAL TENTANG KEHAMILAN DAN KELAHIRAN PADA MASYARAKAT JATIBARU, KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

REZA ZIAUDIN RAHMAN, Dr. Atik Triratnawati, M.A.

2016 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

ABSTRAKSI Tingginya angka kematian di Indonesia dapat disebabkan oleh faktor medis dan non medis. Selain perbaikan fasilitas kesehatan, perbaikan aspek sosial dan budaya akan dapat mengurangi tingkat kematian ibu. Aspek sosial budaya dapat berupa pengambilan keputusan dimana dan kepada siapa melahirkan. Dukun bayi yang masih eksis, mengindikasikan bahwa masyarakat masih membutuhkan peranannya. Dukun bayi masih memiliki peran karena dalam kehidupan masyarakat, masih terdapat pengetahuan yang bersifat tradisional sehingga peran dukun bayi masih dibutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat mempersepsikan kehamilan dan kelahiran serta melihat dampaknya terhadap pola perilaku ibu selama hamil. Penelitian dilakukan di Kelurahan Jatibaru, Kota Bima, NTB pada akhir bulan April sampai pertengahan bulan Mei 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi etnografis. Pengambilan data diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan 10 ibu usia reproduksi. Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam terhadap 14 informan yang terdiri dari 10 ibu hamil, 2 dukun beranak, 1 bidan desa, 1 tokoh agama. Hasil penelitian menjelaskan bahwa masyarakat Jatibaru menganggap kehamilan dan kelahiran merupakan suatu proses yang alami dan terjadi secara natural pada setiap perempuan. Hamil bukan merupakan sesuatu yang diwaspadai. Walaupun demikian, mereka tetap menjalankan ritual kehamilan dan kelahiran seperti peeloko (pijat perut), kiriloko (tujuh bulanan), dan cafisari (ritual pasca melahirkan) agar proses kelahiran berjalan dengan lancar serta sebagai bentuk syukur atas anugerah berupa anak yang diberikan oleh Tuhan. Mereka mengenal konsep kelahiran lancar dan kelahiran normal. Kelahiran lancar dalam masyarakat Bima merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak terlilit tali pusarnya ketika dilahirkan. Sedangkan kelahiran normal merupakan kelahiran yang terjadi selayaknya tanpa operasi atau gangguan lain yang membuat dirujuk ke rumah sakit. Kelahiran lancar dipandang sebagai pemahaman budaya, sedangkan kelahiran normal dipahami sebagai bentuk pengetahuan atas medis modern. Pada akhirnya, walaupun pelayanan kesehatan medis modern sudah tersedia, mereka tidak meninggalkan ritual-ritual adat yang menjadi kearifan lokal mereka seperti peeloko, kiriloko, dan cafisari.

ABSTRACT The rate of pregnancy-related deaths in Indonesia might be caused of either medical or non-medical factors. Besides improvements of healthcare facilities, improvements in socio-cultural aspects may as well reduce maternal deaths. Those aspects include decision making of who helps the delivery and where the baby is delivered. The existence of traditional midwives indicates that society still needs their roles. It is due to society ever-present traditional values that the midwives are still needed. This research aims to find out how society perceives pregnancy and birth as well as to observe its impacts on the behaviors of pregnant women. It was conducted in Jatibaru, Bima, West Nusa Tenggara from April to May 2016. It is a qualitative research in a form of etnographic study. The method of collecting data was begin with a particular Focus Group Discussion (FGD) which involves 10 women who were in their reproduction period. Afterwards, a further interview was conducted involving 14 interviewees; of which ten are pregnant women, two traditional midwives, one clinical midwife, and one religion figure. The research concluded that the people of Jatibaru perceived pregnancy and birth as a natural process happening to every woman; pregnancy is not something to avoid. Nevertheless, they practiced rituals related to pregnancy and birth such as peeloko (abdominal massage), kiriloko (marking of seven months of pregnancy), and cafisari (postnatal ritual) in order to have a successful birth besides as a form of gratitude for Gods gift, which is the child. The people of Jatibaru recognize the terms smooth pregnancy and normal pregnancy. It is called smooth delivery when the baby is delivered without umbilical cord knots. On the other hand, normal delivery means the baby can be delivered without needing an operation nor having any problems that require hospitalization. Smooth delivery is perceived as a local wisdom, while normal delivery is perceived as an implementation of modern medicine. Eventually, in the presence of modern medicine and healthcare, the people of Jatibaru still embrace their customs such as peeloko, kiriloko, and cafisari as a part of their local wisdom.

Kata Kunci : Keywords: pregnancy, birth, smooth, normal, peeloko

  1. S1-2016-335049-abstract.pdf  
  2. S1-2016-335049-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-335049-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-335049-title.pdf