Laporkan Masalah

Pemahaman Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran

SUCIPTO, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A; Prof. Dr-Phil. Janianton Damanik, M.Si

2016 | Tesis | S2 Kajian Pariwisata

Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dalam sembilan tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang signifikan. Ada dua hal yang menarik dari perkembangan tersebut. Pertama, potensi sumberdaya pariwisata. Kedua, meningkatnya jumlah wisatawan. intensitas aktivitas pariwisata akan memberikan dampak negatif. Salah satu sumber masalahnya adalah pemahaman pemangku kepentingan yang lemah. Penelitian deskriptif kualitatif fokus mendeskripsikan dan menganalisis pemahaman pemangku kepentingan mengenai tugas pokok dan fungsinya dalam pengelolaan kawasan ekowisata dan untuk mengetahui koordinasi pemangku kepentingan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk pengelolaan kawasan ekowisata. Pemangku kepentingan yang dimaksud adalah (Pokdarwis, Masyarakat Lokal, Pemandu Ekowisata, Pengelola Homestay). Data-data diperoleh melalui teknik wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumentasi untuk mendeskripsikan dan menganalisis pemahaman pemangku kepentingan dalam pengelolaan Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran serta untuk mengetahu bentuk koordinasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pokdarwis memiliki pemahaman yang tinggi dalam melakukan promosi dengan memanfaatkan media sosial yang sangat efektif, dan berhasil menjalin kerjasama dengan pihak luar. Masyarakat masih belum memahami terhadap konsep ekowisata, kontrol masyarakat masih belum maksimal terhadap pengelolaan kawasan, namun masyarakat memahami bahwa setiap wisatawan adalah raja yang harus dilayani, sehingga masyarakat sangat ramah dan sopan. Pemahaman pengelola homestay masih sedang pada kebersihan dan penguasaan dalam berinteraksi dengan wisatawan asing. Pemandu sudah mampu menjalankan tugasnya walaupun belum maksimal karena pemahaman berada pada level sedang karena tidak mampu menguasai tugas penyelamatan pertama gawat darurat, pemutakhiran pengetahuan konsep ekowisata dan penguasaan bahasa Inggris. Pengelola mampu menjalin koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Selama ini ada dua model koordinasi yang dilakukan oleh pengelola yaitu, formal dan informal. Koordinasi formal dilakukan setiap selasa kliwon yang mendatangkan semua pemangku kepentingan tingkat lokal, sedangkan koordinasi informal atau yang disebut dengan koordinasi jalan. Koordinasi model yang kedua ini sangat dinamis karena setiap saat berkomunikasi bahkan berkat koordinasi jalan ini bisa kumpul empat kali dalam seminggu.

Nglanggeran Ancient Volcano Ecotourism Area in the last nine years is experiencing significant growth. There are two interesting things from these developments. First, the resource potential of tourism. Secondly, the increasing number of tourists. The intensity of tourism activities will have a negative effect. One source of the problem is a weak understanding of stakeholders. Focus qualitative descriptive research describes and analyzes the understanding of stakeholders regarding the duties and functions in the management of ecotourism and to determine the coordination of stakeholders in carrying out their duties and functions for the management of ecotourism. Stakeholders in question is (Pokdarwis, Local Communities, Ecotourism Guides, Manager Homestay). The data obtained through interview, field observation and documentation to describe and analyze the understanding of stakeholders in the management of the Nglanggeran Ancient Volcano Ecotourism Area and determines the form of coordination. The results showed that Pokdarwis have a high understanding in the promotion by utilizing social media are very effective, and managed to establish cooperation with outside parties. People still do not understand the concept of ecotourism, community control is still not up to the management of the area, but people understand that every tourist is a king who must be served, so people are very friendly and courteous. Understanding of homestay manager still being on cleanliness and mastery in interacting with foreign tourists. The guides are able to function even if not maximized because of the understanding at the level of being because it is not able to control the first emergency rescue tasks, updating the concept of ecotourism knowledge and mastery of English. Manager is able to establish coordination with stakeholders. So far, there are two models of coordination by the management, namely, formal and informal. Formal coordination is done every Tuesday kliwon that brings all stakeholders locally, while informal coordination or referred to under the coordination of the road. Coordination second model is very dynamic because every time communicating even thanks to the coordination of this road can be gathered four times a week.

Kata Kunci : Ekowisata, Pemahaman Pemangku Kepentingan

  1. S2-2016-373921-abstract.pdf  
  2. S2-2016-373921-bibliography.pdf  
  3. S2-2016-373921-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2016-373921-title.pdf