SEJARAH ORANG BALI DI LAMPUNG 1956-1997
AAN BUDIANTO, Dr. Agus Suwignyo, M. A
2016 | Tesis | S2 Ilmu SejarahPenelitian ini dilatarbelakangi oleh tiga hal. Pertama, perayaan Nyepi Nasional di Lampung Tahun 1997. Kedua, Laporan dari beberapa media tentang kehidupan orang Bali di Lampung yang tidak jauh berbeda dengan di Pulau Bali. Ketiga, Lampung Tengah yang menjadi tempat awal perkembangan orang Bali di Lampung memiliki komposisi masyarakat yang beragam. Penelitian ini secara khusus membahas keberhasilan orang Bali yang merupakan hasil kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan baru di Lampung dalam rentang waktu 1956-1997. Guna memperoleh jawaban atas permasalahan utama tersebut, dipakai metode sejarah kritis dengan penggunaan sumber primer maupun sekunder, seperti foto, arsip, wawancara, pengamatan dan telaah referensi yang relevan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adaptasi yang dilalui oleh orang Bali di Lampung ditandai oleh dua hal, yaitu ekonomi dan budaya. Di fase awal kedatangan, pertanian menjadi pekerjaan utama yang dipilih oleh orang Bali. Alasananya karena orang Bali tidak memiliki kemampuan lain selain dalam bidang pertanian. Metode pertanian ganda dan kecermatan mengelola hasil panen adalah faktor yang mendorong ekonomi orang Bali di Lampung tumbuh dengan cepat. Perubahan dari menanam padi gogo ke pertanian teknis sejak masuknya irigasi teknis tahun 1975 di Seputih Rahman juga membuat ekonomi orang Bali mengalami peningkatan yang signifikan. Kemajuan pertanian turut mendorong munculnya usaha baru seperti cetak beton dan transportasi sejak 1980-an. Selain adaptasi pada bidang ekonomi, orang Bali di Lampung juga melakukan adaptasi budaya. Proses menghadirkan kembali budaya Bali dari tempat asal ke tempat baru sudah dilakukan oleh orang Bali sejak periode kedatangan. Namun usaha tersebut terhambat oleh kondisi ekonomi yang masih sulit. Saat ekonomi semakin maju sejak 1970-an, maka berbagai praktek kebudayaan Bali yang membutuhkan biaya besar seperti Ngaben akhirnya bisa dilakukan. Orang Bali juga mulai membentuk budaya baru yang merupakan hasil dari penyesuaian antara budaya Bali dan budaya Lampung.
There are three things that prompted this research. First, National Nyepi celebration in Lampung in 1997. Second, reports of some media about the life of the Balinese in Lampung are not much different than on the island of Bali. Third, Central Lampung which became the beginning of the development of the Balinese in Lampung has a composition of a diverse society. This research specifically focus on the succes of Balinese is the result adaptability to the new environment in Lampung within the period 1956-1997. To answer this major problem, I used the method of critical history with primary and secondary sources, such as photographs, archives, interviews, observation and relevant references. The results of this study indicate that the adaptation traversed by the Balinese in Lampung marked by two things, namely the economy and culture. In the initial phase of arrival, agriculture is the main occupation chosen by the Balinese. The reason is because the Balinese have no other ability than in agriculture. Mix farming methods and the ability to manage a harvest is a factor that drives the economy of Balinese in Lampung is growing rapidly. Changes from growing padi gogo to technical agriculture since the entry of technical irrigation to Seputih Rahman in 1975 also makes the economy of Bali has increased significantly. Agricultural development of the Balinese also encourage the emergence of new businesses such as concrete forming and transportation since the 1980s. Balinese in Lampung not only faced the challenges of economic adaptation but also cultural adaptation. The process to bring back the culture of Bali from origin land to new land have been done by the Balinese since the coming period. But these efforts are hampered by the difficult economic conditions. When the economies of Balinese is growing up since the 1970s, then a variety of Bali culture that requires a large fee as Ngaben eventually be held. The Balinese also began to establish a new culture that is the result of an adjustment between Balinese culture and Lampung culture
Kata Kunci : Adaptasi, Budaya, Ekonomi, Lampung, Orang Bali, Adaptation, Culture, Economics, Lampung, Balinese