Laporkan Masalah

Penggunaan Bahasa Mandarin Dalam Gereja Kristen Indonesia Bungur

PUTRI HERWIN E, Eritrina Putri Ekantari, S.Hum., M.A.

2016 | Tugas Akhir | D3 BAHASA MANDARIN SV

Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa penutur utama di dalam suatu ibadah gereja bukanlah suatu hal yang asing di Indonesia. Namun diantara beberapa gereja yang menggunakan Bahasa Indonesia, terdapat gereja yang menggunakan Bahasa Mandarin sebagai bahasa utama di dalam ibadah umum setiap hari Minggu, salah satunya GKI Bungur. Dalam kegiatan ibadah umum berbahasa Mandarin di GKI Bungur, sebagian besar dihadiri oleh jemaat berusia lanjut keturunan Tionghoa. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah (1) studi pustaka sebagai bukti tertulis mengenai sejarah berdirinya gereja dan penggunaan Bahasa Mandarin yang masih diterapkan hingga saat ini, (2) observasi secara langsung untuk mengamati bagaimana proses ibadah berbahasa Mandarin berlangsung, dan (3) wawancara langsung kepada pengurus gereja yang betul-betul mengetahui informasi sejarah gereja dan proses ibadah berbahasa Mandarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GKI Bungur termasuk ke dalam Klasis Priangan yang menyebabkan gereja tersebut diwajibkan menggunakan Bahasa Mandarin dalam kegiatan ibadahnya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh lembaga perkabaran Injil Belanda yang beranggotakan seorang perkabar Injil asal Amoy (sekarang Xiamen), Tiongkok Selatan, bernama Gan Kwee. Gan Kwee menyebarkan Injil di Batavia menggunakan Bahasa Mandarin kepada orang-orang Tionghoa, akhirnya menghasilkan 17 murid yang menjadi cikal bakal berdirinya GKI Bungur. Dengan berlandaskan budaya Tionghoa mengenai penghormatan terhadap leluhur, penggunaan Bahasa Mandarin yang masih diterapkan hingga saat ini adalah untuk menghormati jasa Gan Kwee serta melestarikan budaya Tionghoa.

The use of Indonesian as the main language at a church service is not unusual in Indonesia. There are churches that offer both Indonesian and Chinese in church public worship every Sunday, one of them is GKI Bungur. Public worship in GKI Bungur that speak Mandarin mostly attended by elderly Chinese descent. The method used in writing this thesis are: (1) Literature as written evidence of the church history and the use of Mandarin in church services is still used today, (2) Direct observation to observe public worship that use Mandarin, and (3) Interviews to the church management who knows the history of the church and the process of public worship which use Mandarin. The study results showed that GKI Bungur included into Priangan Church Administrative Area that caused the church is required to have Mandarin speaking public worship in one their church activities. One of the reason why there are Mandarin speaking public worship is because of the influence of Gan Kwee, the member of Dutch Evangelist Institution from Amoy (now Xiamen), Southern China. Gan Kwee preached in Batavia using Mandarin to the Chinese descents and resulted in 17 students which are the founder of GKI Bungur. The reason of Mandarin is still used in public worship until today is to honor Gan Kwee as ancestor and preserving Chinese culture.

Kata Kunci : Bahasa Mandarin, Budaya Tionghoa, Kristen Protestan, GKI Bungur Jakarta.

  1. D3-2016-351048-abstract.pdf  
  2. D3-2016-351048-bibliography.pdf  
  3. D3-2016-351048-tableofcontent.pdf  
  4. D3-2016-351048-title.pdf