Jalanan Sebagai Aktualisasi Diri: Pengamen Musik Angklung Di Daerah Istimewa Yogyakarta
MEUTIA FATIMAH ZAHRA, Prof. Dr. Susetiawan, SU
2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)Begitu banyak hal menarik dan unik di Yogyakarta, salah satunya kelompok pengamen yang terdiri dari lima anggota atau lebih. Setiap kelompok mengamen di daerah yang berbeda-beda, akan tetapi tetap konsisten berhenti di tempat-tempat pusat keramaian atau di pinggir jalan yang terdapat traffic light. Mengamen dengan menampilkan salah satu keahlian mereka yaitu memainkan alat musik tradisional bernama angklung serta alat musik pengiring lain seperti Gambang, Kendang, serta Simbal, sehingga menghasilkan irama musik yang meriah. Kebutuhan hiduplah yang mendorong pengamen tersebut mengamen, ada sebuah keinginan agar dapat diakui keberadaannya dan dapat diterima oleh masyarakat ditengah keadaan yang dapat dikatakan kurang beruntung secara ekonomi, sehingga menyebabkan mereka menjadi golongan masyarakat marginal. Pekerjaan yang tidak pasti bahkan pengangguran tentu membuat mereka menjadi lemah secara status sosial, sehingga dengan cara mengamen angklung berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan melakukan sesuatu yang bisa sekreatif mungkin. Metode Penelitian ini disusun menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi sehingga penelitian ini dapat diartikan sebagai penelitian yang luas, mendasar dan alamiah serta tidak terbatas pada hal empirik saja. Informan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang ditentukan dengan metode purposive sampling sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam kemudian didukung dengan kuesioner agar mendapatkan data agregat dari para pengamen angklung dan didukung dengan telaah literatur. Kelompok pengamen angklung menjadikan jalanan sebagai panggung promosi di mana jalanan merupakan tempat bagi mereka untuk dapat mempromosikan keberadaan kelompoknya, agar mendapatkan respon positif dari orang-orang sehingga mendukung mereka untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Jalanan merupakan tempat yang strategis karena di samping mempromosikan keberadaanya, sekaligus mengamen di jalanan. Adanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan bagi pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial berupa kemunculan kelompok pengamen angklung yang semakin banyak di jalanan. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi bagi peneliti maupun akademisi. Kata Kunci: Kelompok Pengamen Angklung, Interaksi, Aktualisasi Diri.
Abstract So many interesting and unique things in Yogyakarta, one of them are the group busker. They are consisting of five members or more. Each group buskers are singing in different areas, but however they are still remain consistent to staying in crowded places or roadside traffic light. Singing by displaying one of their skills, play traditional music instrument called angklung music. And other instrument gambang, drums, and cymbals, resulting a lively rhythm of music. The need of life are encourages the busker to sing in the street. There is a desire to be recognized and accepted by society, in the middle of circumstances that can be said to be economically disadvantaged. they become marginalized communities. Unsettled jobs, even unemployment would make them become weakly in the social status. By busking with angklung, they trying to make a living and do something that can be as creative as possible. The research method was developed using qualitative method and phenomenological approach, so that research can be interpreted as extensive research, fundamental and natural, also it was not limited to the empirically only. Informants in this study were 30, determined by purposive sampling method, while the techniques of data collection using observation, in-depth interview, then supported by questionnaires in order to obtain aggregate data from busker angklung and the study of literature. Angklung busker group make the streets as a stage, where the street is a place for them to promote their busker angklung group, in order to get a positive response from people and support them to be able to actualize themselves. The street was a strategic place, in addition to promoting their presence and in time same time they busking on the streets. This research is expected to become additional information for the government to solve social problems such as the emergence many busker angklung group on the streets. Also it is expected, this study may add a reference for researchers and academics. Keywords: busker angklung, interaction, self-actualization
Kata Kunci : Kelompok Pengamen Angklung, Interaksi, Aktualisasi Diri.