MODEL PEMBANGUNAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) MENUJU ZERO WASTE DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAIQ SISKA OQTAVIANI, Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D

2016 | Tesis | S2 TEKNIK SISTEM

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ketergantungan konsumsi terhadap tepung terigu, hal ini menyebabkan impor gandum di Indonesia meningkat sebesar 1.510.025 MT pada tahun 2014. Mocaf (modified cassava flour) merupakan produk tepung hasil fermentasi singkong yang memiliki karakterisitik mirip dengan tepung terigu. Mocaf diharapkan mampu mensubstitusi tepung terigu dan berkontribusi menurunkan angka impor gandum Indonesia. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah produksi singkong paling tinggi yaitu mencapai 932.300 ton pada tahun 2014, ketersediaan singkong yang melimpah tersebut berpotensi digunakan sebagai bahan baku industri mocaf. Penelitian ini bertujuan merancang model pembangunan IKM mocaf yang paling layak untuk didirikan dengan cara membandingkan tiga model pembangunan IKM mocaf, yaitu model 1, model eksisting yang dirancang sesuai dengan kondisi IKM mocaf Kabupaten Gunungkidul saat ini, model 2 yaitu model retrofitting yang merupakan model dengan modernisasi sebagian alat proses yang digunakan oleh model eksisting; dan model 3 yaitu model retrofitting menuju zero waste yang merupakan model retrofitting dengan pengolahan sebagian limbah yang dihasilkan. Perbandingan didasarkan pada output model yakni teknis proses produksi, kuantitas limbah dan nilai parameter kelayakan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan teknis model 2 dan model 3 lebih praktis dibandingkan dengan model 1, hal ini terbukti dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu 68 karyawan untuk model 1, 31 karyawan untuk model 2 dan 55 karyawan untuk model 3. Kajian lingkungan menunjukkan model 2 dapat menurunkan kuantitas limbah cair sebesar 10,94% dari total limbah cair model 1, model 3 mampu mengolah 81,92% limbah padat dan 27,23% limbah cair dari model 2. Pengaruh finansial pengolahan limbah pada model 3 adalah sebesar 54% yaitu 0,60 dari nilai total Benefit cost ratio model 3 sebesar 1,11. Evaluasi ekonomi pembangunan IKM mocaf model 3 menghasilkan kelayakan ekonomi yang paling baik dengan nilai Return Of Investment sebelum pajak sebesar 23,55% dari nilai minimal sebelum pajak sebesar 11%, nilai Pay Out Time sebelum pajak yaitu 2,97 tahun dari nilai maksimum yang diijinkan yaitu 5 tahun, nilai Break Event Point sebesar 51,53% dari nilai optimal yaitu 40-60%, nilai Shut Down Point sebesar 30,29% dan nilai Discounted Cash Flow Rate of Return sebesar 2,31 kali lebih besar dari suku bunga bank retail dari nilai yang diijinkan yaitu 1,5 kali lebih besar dari suku bunga bank retail. Guna meningkatkan keuntungan, diperlukan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan effisiensi alat proses ketika terjadi kekosongan suplai singkong.

Indonesia is a country that has a dependency on the consumption of wheat flour, thus, imports of wheat in Indonesia increased by 1,510,025 MT in 2014. Mocaf (modified cassava flour) is a product of fermented cassava that has characteristics similar to wheat flour. Mocaf is expected to substitute wheat flour and contribute to reducing the number of imported wheat in Indonesia. Gunung Kidul is one of regencies in Yogyakarta Special Province with the highest number of cassava production, reaching 932,300 tonnes in 2014. The availability of cassava could potentially be used as industrial raw materials for mocaf. This research aims to develop are model of SME development, by comparing three models. All three models are model 1, a model of the existing designed in accordance with the conditions of SMEs mocaf in Gunungkidul, model 2 is retrofitting model with the modernization partly tool process used by the model of existing; and model 3, a model retrofitting towards zero waste which is a model of retrofitting with partial processing of waste produced. Comparison based on the output models of the technical process of production, the quantity of waste and the economic feasibility of parameter values. The results showed that model 2 and model 3 are more practical than model 1, it is evident from the amount of labor required 68 employees to model 1, 31 employees and 55 employees model 2 to model 3. The environmental assessment showed model 2 can reduce 10,94% quantity of wastewater from model 1, model 3 capable cultivates 81,92% of solid waste and 27,23% of wastewater from model 2. Financial influence on the waste treatment model 3 is at 54% which is 0.60 of the total value of Benefit cost ratio of 1.11. Economic evaluation of SME mocaf development model 3 generate economic feasibility of the most good with Return Of Investment value before tax amounted to 23.55% of the minimal value before tax of 11%, the value of Pay Out Time before tax is 2.97 years from the maximum allowable value 5 years, the value of Break Event Point amounted to 51.53% of the optimal value is 40-60%, Shut Down Point values of 30.29% and the Discounted Cash Flow rate of Return of 2.31 times greater than the bank rate retail of permissible values is 1.5 times larger than retail bank interest rates. To increase profits, further study is needed to improve the efficiency of the process tool when there is vacuum the supply of cassava.

Kata Kunci : Gunungkidul, IKM, mocaf , model, retrofitting, zero waste