Laporkan Masalah

BANGSAWAN SIGI DALAM ARUS PERUBAHAN: KELUARGA LAMAKARATE DALAM POLITIK DI SULAWESI TENGAH, 1907-1982

MOHAMMAD SAIRIN, Dr. Sri Margana, M.Phil.

2016 | Tesis | S2 Ilmu Sejarah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab Keluarga Lamakarate mampu survive sebagai keluarga elite di Sulawesi Tengah. Adapun batas waktu penelitian ini adalah 1907- 1982. Tahun 1907 dijadikan sebagai batasan waktu studi sebab tahun ini I Tondei diangkat sebagai Magau Sigi pasca Perang Sigi. Naiknya I Tondei memberi peluang kepada Lamakarate, keponakan sekaligus anak angkatnya untuk mewarisi tahta Sigi. Ini peluang awal Keluarga Lamakarate untuk mendapatkan posisi politiknya. Tahun 1982 dipilih sebagai batasan waktu akhir studi karena saat Pemilu 1982, beberapa anggota Keluarga Lamakarate (masih) terpilih sebagai anggota DPRD sebagai bukti eksistensi mereka. Permasalahan dari penelitian ini mengapa keluarga Lamakarate mampu bertahan sebagai golongan elite pada masa kolonial dan pasca kemerdekaan? Untuk menjawab permasalahan tersebut, tulisan ini memanfaatkan sumber-sumber berupa arsip, koran, wawancara, buku dan artikel yang relevan. Tulisan ini menemukan lima hal, Pertama, keluarga Lamakarate dapat bertahan sebagai elite karena memanfaatkan kedekatan dengan pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan keluarga, seperti kebutuhan pendidikan formal. Kedua, bertransformasi dari keluarga yang berkolaborasi dengan pemerintah Hindia Belanda pada masa kolonial dan pro republik pada awal kemerdekan. Ketiga, menempuh pendidikan tinggi agar dapat masuk dalam jajaran elite birokrasi nasional Indonesia. Keempat, masuk dalam dunia politik, menjadi pengurus partai politik dan organisasi massa, serta berjuang untuk kepentingan (politik) daerah Sulawesi Tengah. Kelima, mempertahankan perkawinan antar sepupu dan sesama elite untuk mempertahankan status sosial keluarga dan memperluas jaringan politik.

This study aims to determine the cause of Lamakarate families to survive as an elite family in Central Sulawesi from 1907 to 1982. The 1907 used as a time limit in this study because on this year, I Tondei appointed as Magau Sigi after Sigi War. Rising I Tondei provide opportunities for Lamakarate, nephew and adopted son to inherit the throne of Sigi. It’s an early chance to get the Lamakarate Families political position. 1982 selected as the study's end time limits because when the Election of 1982, some Lamakarate Families (still) elected as a member of Parliament as evidence of their existence. The problem of this research, why Lamakarate families can be survive as an elite family in Central Sulawesi. To answer these problems by using the historical method is used sources such as archives, newspapers, interviews, some books and relevant articles. Based on those datas, I found the Family of Lamakarate could survive as elite for five reasons. First, they were able to take advantage of the proximity to the Dutch government for the benefit of families, such as the need for formal education. Second, they were transformed from a family who collaborated with the Dutch in colonial times into the pro republic at the beginning of independence. Third, higher education in order to enter the ranks of the elite national bureaucracy Indonesia. Fourth, they entered the world of politics, to became members of political parties and mass organizations, as well as fighting for the interests of (political) area of Central Sulawesi. Fifth, maintain a marriage between cousins and fellow elite to maintain the family’s social status and expand the network of political.

Kata Kunci : Elite, Lamakarate, Politik Keluarga, Sulawesi Tengah.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.