Laporkan Masalah

Gerakan Penegakan Syariat Islam di Kota Tasikmalaya

TAUFIK NUROHMAN, Abdul Gaffar Karim, MA

2016 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Studi ini membahas tentang gerakan Islam Simbolik yang memperjuangkan Syariat Islam untuk dapat tampil pada ranah publik. Gerakan ini membawa semangat integralisme Islam, dimana pelibatan negara untuk menjamin pelaksanaan Syariat Islam melalui kebijakan formal merupakan suatu keharusan. Studi ini sangat penting untuk melihat bagaimana dinamika politik berbasis masyarakat dalam mendorong lahirnya sebuah kebijakan, dimana sebuah kebijakan tidak hanya muncul dari proses teknokrasi dalam birokrasi pemerintahan saja melainkan dapat lahir dari adanya upaya-upaya masyarakat melalui mekanisme gerakan sosial. Mekanisme gerakan sosial ini terjadi bukan karena terputusnya relasi antara masyarakat dengan negara, namun terjadi karena pola relasi tersebut tidak berhasil menjadi saluran formal yang efektif untuk masuknya aspirasi Syariat Islam kedalam institusi negara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti melakukan interpretasi dan membangun logika berdasarkan data yang diperoleh baik dari hasil wawancara maupun dari data sekunder yang diperoleh melalui domumen-dokumen yang ada yang kemudian diolah dan dipaparkan secara deskriptif. Penelitian ini mengambil Kota Tasikmalaya sebagai lokasi penelitian dengan alasan selain kondisi masyarakat yang tengah mengalami perubahan dari kondisi masyarakat yang Islami, dimana Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, menjadi kota yang kondisi masyarakatnya mengalami degradasi moral dan mulai meninggalkan nilai-nilai Islam, juga penguatan kekuatan Islam Simbolik yang terjadi di Tasikmalaya berasal dari pesantren yang pada umumnya bergerak dalam wilayah substantif dan kultural. Dalam penelitian ini terlihat bahwa telah terjadi penguatan Islam Simbolik. Penguatan Islam Simbolik itu terlihat dari upaya pelibatan negara dalam membentuk sebuah masyarakat ideal. Pelibatan negara ini dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan negara dalam hal legislasi dan penganggaran sehingga gerakan mereka dalam membentuk masyarakat ideal akan lebih mudah untuk diwujudkan. Pada level masyarakat, kelompok Islam simbolik ini berhasil melakukan mobilisasi belief atau sistem keyakinan masyarakat untuk menguatkan pemahaman keislaman yang holistik, dimana Islam dijadikan aturan di semua segi kehidupan. Upaya ini mereka lakukan dengan cara interaksi keagamaan, ceramah-ceramah keagamaan dan indokrinasi. Pada level intermediary, kelompok Islam Simbolik ini berhasil melakukan kesepakatan dengan partai politik dengan menawarkan dukungan suara, untuk memastikan bahwa partai politik dapat mengakomodasi kepentingan mereka di lingkup legislasi dan penganggaran. Selain itu, dalam mencapai tujuannya, Islam simbolik melakukan strategi yang kemudian membawa dukungan yang besar dalam gerakan mereka yakni dengan mencitrakan diri mereka bukan seperti kelompok simbolik tetapi dengan melakukan menggunakan metode substantif bahkan mereka berkonsensus dengan berbagai pihak yang berpotensi menghambat gerakannya. Mereka tidak lagi menunjukan pemahaman mereka terhadap Islam sebagaimana kelompok simbolik memaknai Islam, tetapi mereka lebih terbuka terhadap hal-hal yang bersifat kontekstual, walaupun sebenarnya mereka tidak mengurangi tujuan politiknya.

This study discusses the symbolic Islamic movement that fought the Islamic Sharia to be featured in the public domain. This movement brings the spirit of Islamic integralism, where the involvement of the state to ensure the implementation of Islamic Law through formal policy is a must. This study is very important to see how the political dynamic community based in encouraging the birth of a policy, a policy which does not only arise from the process of technocracy in the civil service but it can be born out of the efforts of the community through the mechanisms of social movements. The mechanism of this social movement occurs not because the breakdown of the relationship between society and the state, but it happens because the pattern of the relationship did not become effective formal channels for the entry of the aspirations of the Islamic Sharia into state institutions. This study uses a qualitative method, which the researchers to interpret and build logic based on data obtained both from interviews and secondary data obtained through domumen-documents are then processed and presented descriptively. This study takes Tasikmalaya as a test site for reasons other than the conditions of the people who were experiencing the change of condition of society is Islamic, where Tasikmalaya known as the city of students, a city that is the condition of the people had suffered moral degradation and began to leave the values of Islam, also the strengthening of the power of Islam symbolic happened in Tasikmalaya come from boarding schools, which generally moves in the substantive areas and cultural. In this research shows that there has been a strengthening of Islam Symbolic. Strengthening Symbolic Islam was seen on state involvement in efforts to establish an ideal society. The involvement of the state is intended to support the country in terms of legislation and budgeting so that their movements in shaping an ideal society would be easier to achieve. At the community level, the Islamists have succeeded in mobilizing symbolic belief or belief system of the people to strengthen the holistic understanding of Islam, where Islam is used as a rule in all aspects of life. This effort they did by way of the interaction of religion, religious lectures and indokrinasi. At the intermediary level, Islamic groups have succeeded in doing a deal Symbolic political parties by offering sound support, to ensure that political parties can accommodate their interests in the area of legislation and budgeting. Moreover, to achieve its goals, Islam symbolic pursuing a strategy which then brings great support in their motion that with their self-image is not as symbolic groups but by using them even substantive consensual with various parties that could potentially impede movement. They no longer show their understanding of Islam as a group of symbolic meaning of Islam, but they are more open to things that are contextual, even though they did not reduce their political goals.

Kata Kunci : Gerakan Islam Simbolik, Penegakan Syariat Islam

  1. S2-2016-342611-abstract.pdf  
  2. S2-2016-342611-bibliography.pdf  
  3. S2-2016-342611-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2016-342611-title.pdf